7Saat bahu tabah itu masih tegar menopang pilu rona kehidupan, saat sepasang mata indah masih menggerai senyum meski keluh mendera pada jiwa gemuruhnya, aku akan tetap menggelar asa untuk memuja dan memuji cita.
Karena lautan ihlas dan sabar yang menggelora itu, aku akan terbang mengejar burung kapinis dalam luas cakrawala
Aku akan terus menari tarian rampai sampai peluh membanjiri sekujur tubuhku, sampai tulang-tulangku kelu memilu
Aku akan menjelma menjadi hujan, yang membanjiri jiwa-jiwa gersang, mengusap noktah pada dinding-dinding kepalsuan.
Saat ini aku ada dalam kesengajaan yang engkau sengajakan, aku bernapas karena hembus yang engkau dayakan, aku ada karena hadirmu bukan fatamorgana.
Dalam setiap tarikan napas berbisik lembut di telingaku,
"Sungguh, dalam setiap senyum dan gerakan citamu, ada perempuan tangguh yang telapak kakinya adalah surgamu."
Blitar, 2 Juni 2019
Teruntuk  ibuku, yang kasihnya tak pernah berhenti mengantarkan juangku, semoga abadi di sisi-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H