Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Air Mata Rindu, untuk Perempuan yang Tabah

2 Juni 2019   19:13 Diperbarui: 3 Juni 2019   17:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

7Saat bahu tabah itu masih tegar menopang pilu rona kehidupan, saat sepasang mata indah masih menggerai senyum meski keluh mendera pada jiwa gemuruhnya, aku akan tetap menggelar asa untuk memuja dan memuji cita.

Karena lautan ihlas dan sabar yang menggelora itu, aku akan terbang mengejar burung kapinis dalam luas cakrawala

Aku akan terus menari tarian rampai sampai peluh membanjiri sekujur tubuhku, sampai tulang-tulangku kelu memilu

Aku akan menjelma menjadi hujan, yang membanjiri jiwa-jiwa gersang, mengusap noktah pada dinding-dinding kepalsuan.

Saat ini aku ada dalam kesengajaan yang engkau sengajakan, aku bernapas karena hembus yang engkau dayakan, aku ada karena hadirmu bukan fatamorgana.

Dalam setiap tarikan napas berbisik lembut di telingaku,
"Sungguh, dalam setiap senyum dan gerakan citamu, ada perempuan tangguh yang telapak kakinya adalah surgamu."

Blitar, 2 Juni 2019
Teruntuk  ibuku, yang kasihnya tak pernah berhenti mengantarkan juangku, semoga abadi di sisi-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun