Mohon tunggu...
enik iis
enik iis Mohon Tunggu... -

orang jepara

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia Vs Bahasa 4L4Y

24 September 2012   04:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:49 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa adalah alat berkominikasi”, kalimat itu yang paling dominan menjadi jawaban dari beberapa orang ketika ditanya perihal “apakah bahasa itu?” tanpa mereka harus mengutip dari suatu sumber. Dan dari beberapa definisi, diantaranya dari KBBI, wikipedia dan beberapa artikel di internet, rasanya bahkan sangat pas jika “alat untuk berkomunikasi” itulah intisari definisi dari bahasa, baik alat berkomunikasi tersebut disampaikan secara lisan maupun tulisan, baik tersurat maupun tersirat.

Bahasa memiliki peranan yang cukup besar sebagai penentu kesejahteraan kehidupan suatu komunitas/masyarakat dalam sebuah daerah/bangsa. Ia berfungsi menyeragamkan penyebutan nama untuk suatu aktifitas atau benda, sehingga penggunanya terhindar dari kesalahfahaman dalam berkomunikasi, selain itu juga melalui bahasa karya seseorang dapat dimengerti atau dinikmati oleh orang lain yang membaca, melihat atau mendengar karya tersebut menurut melalui apa penyampaiannya.

Bahasa juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengetahui identitas seseorang, melalui bagaimana cara penyampaiannya, logat serta bahasanya. Hal ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dimana kita dapat mengenali apakah orang tersebut berasal dari Solo, Bali, Batak, Medan atau Papua melalui bahasanya.

Demikian pula keberadaan orang Indonesia dimata Internasional dapat diketahui melalui bahasanya, karena Indonesia sendiri memiliki sebuah bahasa, bahasa yang dijadikan sebagai lambang kebanggaan Nasional yang memancarkan nilai-nilai sosial dan budaya luhur bangsa Indonesia dimata Internasional.

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai pemersatu nusantara. Mengapa disebut sebagai bahasa pemersatu, karena bahasa Indonesia digunakan oleh seluruh warga indonesia dalam berinteraksi dengan warga daerah lainnya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa Indonesia diantaranya adalah: Pertama, sebagai alat pemersatu dan penghubung berbagai masyarakat dengan perbedaan latar belakang sosial, budaya, bahasa dan daerah. Kedua, Bahasa Indonesia juga dijadikan sebagai bahasa resmi kenegaraan dan bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan. Dengan demikian jelaslah bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu yang digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Perjalanan bangsa Indonesia hingga akhirnya memiliki sebuah bahasa nasional ini tidaklah sederhana, dimulai oleh persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928 yang mencetuskan sebuah janji yang berisi tiga hal, yakni bertumpah darah, berbangsa dan berbahasa yang satu, INDONESIA. Sejak saat itu, diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai forum. Kejadian di bulan Oktober 1928 yang terjadi sebelum masuknya kolonial ke bumi Nusantara itulah yang akhirnya menjadikan bulan Oktober diperingati sebagai bulan bahasa di Indonesia.

Penggagasan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang dilakukan pada tahun 1928 tersebut peresmian penggunaannya baru dapat dilakukan sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dan sejak saat itu hingga sekarang, masih selalu dilakukan penyempurnaan dan pengkayaannya. Karena Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka, yang menyerap banyak kata dari bahasa lain.

Melihat perjalanan dan sejarah panjang terbentuknya bahasa nasional kita yang tidaklah mudah tersebut, seharusnya sudah cukup untuk dijadikan sebagai alasan mengapa kita harus bangga, menghormati dan melestarikan Bahasa Indonesia kita, serta menjaga nilai-nilai sosial dan budaya luhur bangsa Indonesia dimata Internasional melalui sikap, tuturkata dan bahasa kita.

Namun seiring dengan berkembang pesatnya tehnologi pada beberapa tahun terakhir ini, membuat banyak orang dapat berekspresi dengan bebas, dimana semua urusan dipermudah, banyak hal yang diikuti dan ditiru atau menjadi trendsenter tanpa terlebih dahulu difikirkan akibatnya oleh si tertiru maupun si peniru, salah satunya dalam bidang bahasa, bahasa-bahasa gaul dan kata-kata alay menjamur dengan suburnya dimasyarakat, baik melalui pesan singkat, facebook sampai twitter, tidak ada yang terlepas dari sindrom alay tersebut.

Padahal semua yang dilakukan pejuang dan pahlawan kita dimasa lalu semata-mata untuk kebaikan kita. Begitu juga dengan bahasa yang mereka wariskan untuk kita, dengan penggunaannya secara baik dan benar serta kepiawian menyusun kata-kata, itu dapat mengangkat martabat kita dimata orang lain, dan sebaliknya dapat merendahkan harga diri kita ketika kita tidak menggunakannya secara baik dan benar atau ketika kita salah memilih kata-kata.

Sebagai contoh sederhana, saya pernah ditertawakan teman baru saya disebuah kampus, gara-gara saya menggunakan bahasa daerah anggun (asli gunung) saya yang kasar menurut mereka, disertai dengan bisik-bisik, senyum dan tawa remeh (meremehkan saya) dari mereka, saya baru tersadar ternyata penggunaan bahasa pun mempengaruhi penilaian orang terhadap saya.

Contoh yang lain, ada seorang teman kampus yang tidak begitu akrab dengan saya, kami jarang bertegur sapa, namun mungkin dia sering membaca posting (tentunya dengan menggunakan bahasa indonesia) saya di Facebook, suatu ketika saya ngeAdd dia dengan Facebook saya yang lainnya yang tidak saya beri foto, juga tidak saya beri informasi valid tentang diri saya, singkat cerita tiba-tiba dia duduk disebelah saya dan kami berbincang-bincang berdua, dia mengatakan bahwa Facebook A dan B adalah sama-sama punya saya, saya bersikeras dan mengatakan bahwa saya hanya memiliki satu facebook, namun dia juga sama kekehnya bahwa facebook B itu adalah juga Facebook saya, saya bingung mengapa dia bisa mengenalinya, dia beralasan bahwa dia mengenali penyusunan kata dan bahasanya adalah khas saya, sayapun akhirnya mengaku bahwa itu Facebook saya. Obrolan kami semakin meluas, saat saya berkata bahwa saya pengangguran, dia menjawab “kenapa tidak jadi penulis saja? Sepertinya berbakat jadi penulis novel, kamu pinter nyusun kata-kata” sontak saya langsung salah tingkah, dan menganggap bahwa itu adalah do’a, karena sudah dua orang yang mengatakan bahwa bahasa saya seperti penulis novel atau pantas menjadi penulis novel, hanya karna mereka sering membaca postingan saya diFacebook.

Demikian juga cara kita menulis huruf atau kata-kata dalam sebuah pesan singkat kepada atasan, guru atau dosen dapat mempengaruhi penilaian mereka terhadap kita dan dapat mempengaruhi kemauan mereka untuk membalas pesan tersebut, bahkan juga mempengaruhi keputusan mereka untuk mengabulkan apa yang kita mohonkan melalui pesan tersebut. Pernah suatu ketika saya beranikan diri untuk bertanya mengenai suatu hal kepada seorang dosen, untuk satu pesan singkat saja saya membacanya lebih dari sepuluh kali, sambil mengoreksi adakah yang salah, tidak senaja saya singkat, ambigu atau adakah penggunaan bahasa saya yang tidak sopan, jangan sampai ada kesalahan yang membuat beliau tidak mau membalas pesan saya, karna kata teman-teman saya, beliau tidak pernah membalas pesan mereka. Namun nyatanya beliau membalas juga pesan saya. Saya menyimpulkan bahwa itu tergantung seberapa sopan cara kita bertanya, yang dapat dideteksi dari kata-kata dan bahasa kita serta seberapa penting pertanyaan kita. Itu merupakan sebuah pelajaran agar kita lebih menghargai orang lain.

Kini, sudah seharusnya jika kita kembali kepada nilai luhur bangsa kita, demi untuk menghargai mereka yang memperjuangkan kemerdekaan kita, juga demi melakukan hal terbaik untuk kebaikan kehidupan kita sendiri. Sebab kita lebih dihargai karena nilai-nilai luhur tersebut, nilai-nilai yang mencerminkan kesantunan, kesantunan yang dipertimbangkan dari tutur kata dan bahasa kita, tutur kata dan bahasa kita yang menggunakan kaidah yang baik dan benar serta dengan pemilihan kata-kata yang benar, serasi dan sopan pula untuk menghargai orang lain. Seperti sebuah kalimat yang berbunyi “Anda sopan, kami segan”, maka jika kita menghargai orang lain, orang lain pun akan menghargai kita,

“Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”

Salam sumpah pemuda...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun