Mohon tunggu...
HERAWATI YUSUF
HERAWATI YUSUF Mohon Tunggu... -

Assalamualaikum, saya berasal dari sinjai Selatan, kabupaten sinjai. saat ini saya Belajar di Universitas Fajar Makassar jurusan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pluralisme dan Kemajuan Makassar

26 Mei 2016   10:51 Diperbarui: 26 Mei 2016   11:13 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini Selasa, 24 Mei 2016 seperti biasa penulis dan teman-teman masuk kuliah sebagai rutinitas kita sebagai mahasiswa. Iya, seperti biasa dengan pelajaran yang sama yaitu Antropologi dan dosen yang sama pula. Namun, suasana yang berbeda membuat hari ini tidak seperti hari sebelumnya. Entah apa yang menyebabkan hal itu terjadi.

Hari ini juga penulis tidak seperti biasanya yang penuh gairah untuk belajar, namun hari ini pikiran penulis sangat kacau, kacau sekali, tugas kuliah yang begitu banyak ditambah aktivitas lain yang membuat tubuh ini mulai lelah, lelah dengan semuanya, seakan tubuh ini mulai lemah untuk menghadapi semuanya. Itulah hidup, hidup sebagai seorang mahasiswa yang harus rela meninggalkan kampung halaman, kedua orang tua, dan segala kebiasaan buruk harus ditinggalkan demi sebuah cita-cita dan cinta.

Ya, itu mungkin sedikit pengantar tulisan kali ini, ok guys jujur penulis menulis karangan ini dengan pikiran yang kosong, hampa. Namun, iya inilah hasilnya yang mungkin membuat teman-teman dan pembaca berpikir bahwa tulisan ini tidak masuk akal. Namun, iya inilah kenyataannya.

Berbicara soal pluralisme, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk yang bersangkutan dengan system sosial dan politiknya. Nah, dalam tulisan ini penulis sedikit mengulas pluralisme dan kemajuan Makassar abad ke 17.

Uups, penulis hampir lupa, karena dosen pengampu kecewa pada pertemuan ini jadi kami di suruh berdebat di line, bukan berdebat sebenarnya sich, tapi apa ya?? Semacam share pengetahuan saja menurut buku yang kami baca masing-masing…huff sedikit membosankan juga sich kalau penulis disodorkan sebuah buku yang menurut penulis ndag terlalu menyukainya…hehehe tapi dapat ilmu juga sich…hehehe. Ok guys berikut ini beberapa percakapan kami d grup Line,,simak ya!!!!

Ini adalah pertanyaan pertama yang dilemparkan teman di grup, kenapa Makassar menjadi titik komersial pada abad 17? Ada yang jawab begini nich” Makassar menjadi titik komersial perdagangan sebagai usaha pertama yang dilakukan untuk menghindari usaha VOC memonopoli perdagangan rempah di Maluku. Emm ada lagi tambahan jawabannya karena perdagangan di Makassar saat itu sangat maju dan juga di dukung oleh factor-faktor sosio-kultural seperti sifat keterbukaan, pluralisme, yang mendukung system gagasan baru, dan pada itu telah berdiri dua benteng kerajaan yaitu Goa dan Tallo, tetapi pada saat itu belum ada komunitas pedagang yang penghuninya hingga sekelompok pedagang melayu menjadikannya sebagai pusat perdagangan pada abad pertengahan abad ke 16 dan hal itulah yang membuat Makassar akhirnya di jadikan sebagai titik komersial pada abad 17.

Wah, coba pembaca bayangkan ketika pembaca berada di posisi penulis sekarang, tentu pembaca sangat pusing tuch melihat deretan pertanyaan teman di grup line yang harus di jawab satu persatu, kebayang tidak?? Heheh anggaplah sudah terbayang.

Next , ada juga nich yang bertanya” dalam menghindari usaha VOC yang memonopoli perdagangan rempah yang berasal dari Maluku, mengapa harus Makassar yang melakukannya, kenapa bukan daerah lain, misalnya takalar kah, jeneponto kah, atau Sinjai?? Heheh

Ini nich jawabannya karena sifat keterbukaan Makassar dan memberlakukan semua pedagang asing dengan menjadi salah satu pintu masuk Asia Tenggara di mana barang-barang China dan perak meksiko bisa di pertukarkan satu sama lain dengan kain india.

Ok guys mungkin hanya ini yang penulis dapat share. Kritik dan saran penulis sangat mengharapkan.

Wassalam

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun