Mohon tunggu...
Nuraeni_XII MIPA 4
Nuraeni_XII MIPA 4 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Hujan

just for tugas indo

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tangisan Hujan

29 September 2022   23:59 Diperbarui: 5 Oktober 2022   21:36 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Langit yang gelap, angin yang kencang, suhu yang dingin, air yang menetes rintik, ntah kenapa suasana itu sangat tidak nyaman. Rasanya seperti ingin menangis kala itu padahal tidak tahu apa yang harus ditangisi. Aku pun segera masuk kedalam ruang kelas setelah hujan yang cukup besar turun dari langit membasahi taman sekolah dan tubuh ku. Dan aku lihat banyak anak murid juga yang berlarian masuk ke dalam kelasnya, mungkin takut tubuh nya basah."dingin banget ya en".Ucap Yunnisa teman sebangku ku saat kelas 8 SMP itu." iya dingin kaya sikap dia ".Ucapku datar
" waduhh ngewrii ngewriiiii🥶 ".Sautnya sambil sedikit tertawa terbahak.
         Setelah percakapan singkat tadi, aku duduk di dekat jendela dan menikmati hujan yang semakin deras sambil mendengar kan lagu yang berjudul "can i be him", lagu favorite yang selalu ku putar. Ketika hujan membasah di jendela, kau pun turut jatuh dalam ingatan kepala. Membayangkan mu saja sudah membuat ku bahagia apalagi jika kita menikmati hujan berdua.
Aku pun menggelengkan kepala setelah terhanyut dalam batinnku barusan. Ntah apa yang ada di dalam fikiran ku sampai bisa terlarut hanya karena melihat hujan dari jendela.
"AAAAAAAAAA".Jerit teman-teman sekelas ku karena mendengar suara petir yang cukup keras sekaligus membuat takut para murid karena mengagetkan.
"Keadaan nenek gimana ya?? aku takut dia sendirian dirumah disaat hujan yang kelam seperti ini. Akhhh semoga saja ibu ku sudah pulang dari bandung agar nenek tidak sendirian di rumah".Batinku . Rasanya ingin cepat cepat pulang. Keadaan disekolah ini sungguh rasanya membuat hati tidak nyaman.
         Akhirnya yang ku tunggu tunggu. Bel pertanda pulang sekolah pun menyala membuat sorak para murid yang dari tadi sudah tidak sabar ingin pulang.
"en mau kemana sih kok buru-buru banget. masih ujan gede tau".Ucap Laras memperingati
"iya ih ujan kamu tuh.kamu kan gabawa payung".Yunnisa me nimbrung
" yaa ujan ujanan aja".Jawabku
"ihhh nanti sakit tau. Terus besok kamu gamasuk sekolah gimana?".Timbal Yunnisa
" nggaa, ga bakal sakit kok tenang aja soalnya aku kebal. Yaudah aku pergi dulu yaa dadah sampai jumpa besok ".
Aku menerobos hujan deras sendirian. Dan ada banyak yang menatap ke arah ku saat tubuh ku basah kuyup di gerbang sekolah. Tatapan itu tak heran tak bukan berasal dari orang orang yang sedang berteduh di dekat gerbang sekolah.
Aku sangat menikmati hujan kala itu. Seorang diri dengan tubuh yang sangat basah kuyup, udara dingin yang menusuk ke tulang, dan yang paling istimewa yaitu jalanan yang sepi.

Aku sangat menyukai hujan namun kenapa kali ini rasanya berbeda. Rasanya seperti hujannya yang turut menangis mengeluarkan semua keluh kesahnya.
Dibawah hujan deras itu aku melihat seorang nenek yang kehujanan sedang menggendong balita di depan ku. Aku rasa itu cucunya. Setelah aku terus melihat nenek itu dari belakang, nenek itu pun masuk ke sebuah rumah kumuh dan menurunkan cucunya nya dengan hati-hati. Nenek itu kelihatan sangat sayang kepada cucunya aku rasa.
Rasa sedih dan air mata yang kutahan sejak ditaman sekolah tadi, akhirnya jatuh seperti langit yang menahan air hujan namun tiba tiba jatuh dengan deras. Syukurlah tidak akan ada yang akan menyadari kalau aku sedang menangis berkat hujan karena air mata ku bercampur dengan hujan. Tangisan ku semakin deras mengingat perjuangan nenek ku selama ini untuk memberikan semua yang terbaik untuk cucu ke sayangnya yang seperti orang bilang kepada ku. Disusul dengan hujan yang semakin tambah deras menemani perjalanan ku untuk menemui nenek di rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun