Mohon tunggu...
Djoel
Djoel Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekas mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pilihlah Sahabat yang Bersahabat

25 April 2014   14:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:13 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang manusia, saya menyadari bahwa saya bukanlah orang yang sempurna, dan di mana pun serta kapan pun, saya akan berusaha mencari sahabat-sahabat yang dapat menyempurnakan hidup. Sekalipun tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, saya hanya berharap, minimal... sebagai sesama manusia setiap orang dapat saling melengkapi.

Sejak jaman kuliah S1, saya sudah memilih untuk tinggal sendiri, jauh dari orang tua. Dan tentu saja bukan karena saya kabur dari rumah yah..., tetapi karena orang tua saya mengerti bahayanya anak cowok tunggal, jadi saya sangat direstui untuk pisah rumah dan mandiri, dengan salah satu mandat dari mereka adalah: “sono begaul!”

Demi tujuan “sono begaul” itu tercapai, saya biasanya tidak ragu-ragu untuk berteman dengan semua orang, walaupun akhirnya saya menjadi sedikit picky dan memiliki kriteria untuk menjadikan seseorang sebagai sahabat yang cihuuuy..., untung masih ada yang mau bersahabat dengan saya yah...

Dan inilah beberapa kriteria yang biasa saya pakai di dalam memilih sahabat:

1. Memiliki selera humor yang baik

Bersahabatlah dengan orang yang dapat membuat kita tertawa, karena tertawa dapat membuat awet muda. Jika kita tertawa selama 3 hari berturut-turut, kulit keriput pun akan menjadi kencang lagi, katanya.

Kebetulan hampir semua sahabat saya di mana pun mereka berada, kerjaannya memang ketawa, kadang nangis, lalu ketawa lagi. Apabila kita bertemu dengan orang-orang seperti itu, jadikanlah sahabat, jangan buru-buru dimasukin ke RSJ. Karena manusia jenis ini sudah cukup langka di dunia.

2. Dapat menjaga rahasia orang lain

Sahabat seperti ini juga sudah langka, apalagi sejak ada media sosial, rahasia/privasi kita bisa menjadi “status” dari akun med-sos seseorang, entah itu di FB, Path, atau Twitter.

Jaman sekarang, mau perempuan atau lelaki, semuanya cukup memiliki kualitas dan kuantitas di dalam membocorkan rahasia pertemanan. Dan biasanya orang yang membocorkan rahasia orang lain, adalah orang-orang yang takut rahasianya dibocorkan, jadinya dia bocorin rahasia orang lain duluan... Akan tetapi, saya sangat berterima kasih kepada penemu plester, sebab jika kita menemukan orang yang mulutnya bocor, tinggal dikasih plester anti bocor saja kok... semua bakal beres. :D

Saya dan Anda, “kita”, bukanlah Tuhan Yang Maha Mengetahui. Karenanya, kita tidak akan pernah tahu kapan seseorang menjadi sahabat, dan kapan menjadi musuh. Kuncinya di sini cuma satu: saling percaya.

Jika kita mau menceritakan sesuatu hal yang bersifat pribadi atau rahasia dengan orang lain (sahabat), pastikan bisa dipercaya, kalau bocor yah salah sendiri kenapa diceritain. Hak setiap orang untuk berbagi rahasia dengan orang yang dipercayai, dan kalau kita yang kebagian rahasia dari orang lain, berarti harus siap menjaganya dengan baik.

Nah, kalau tidak kebagian rahasia, yah jangan kepo..., setiap orang berhak memiliki privasi atau sesuatu yang dirahasiakan, dan hal itu jelas berada di luar tanggung jawab kita sebagai sesama manusia. Maka dari itu, biarkan pribadi yang bersangkutan dan Tuhan saja yang tahu, benar atau salah, kita juga bukan hakimnya.

Dan sebaiknya kita jangan jadi orang yang curigaan, apalagi sok tahu mencampuri urusan pribadi orang lain... seperti wejangan dari Almarhumah Nenek saya jaman dulu: “kalau sudah jadi tempe yah jangan sok tahu... tempe yah tempe, tahu yah tahu... gituh.”

3. Tidak suka menjelekkan orang lain

Kebencian itu menular (sangat). Beberapa orang sangat ahli menjelekkan orang lain atau pihak-pihak yang mereka tidak sukai, dengan menebarkan kebencian. Makanya saya setuju dengan ini: lebih baik bersahabat dengan orang narsis daripada orang minder, karena orang narsis tidak akan menjelekkan orang lain sesering yang dilakukan oleh orang minder yang iri hati, orang narsis terlalu sibuk bagusin dirinya sendiri... (becanda yah...).

Pilihlah jenis persahabatan yang bermanfaat untuk kebaikan hidup kita, karena jika bersahabat dengan orang yang kerjanya ngomongin keburukan orang lain, hidup kita bakal merugi dan sering membuang waktu, hanya untuk mendengarkan ocehannya...

Tetapi, jangan lupakan ini: tidak ada manusia yang sempurna... jika dibuat kesal atau dipancing terus menerus, kesabaran seseorang ada batasnya, pasti yang bersangkutan akan marah disertai dengan sikap yang negatif... gak apa-apa, asal jangan kelamaan lalu mendendam dan menular... kata dokter spesialis kejiwaan: “itu berbahaya bro!”

4. Sudah “bersahabat” dengan dirinya sendiri

Ciri-ciri orang yang sudah “bersahabat” dengan diri sendiri, yaitu: sudah tidak minder, tidak malu-malu(in), berani terbuka, kalau ngomong apa adanya, berani mengatakan mana yang salah dan yang benar tanpa ragu-ragu, tidak mudah sakit hati, aman dan nyaman dengan dirinya sendiri, selalu berpikiran positif, dll.

Sedangkan salah satu ciri orang yang belum “bersahabat” dengan diri sendiri adalah: “watir”, selalu khawatir, tidak aman dengan lingkungannya. Khawatir dan rasa takut juga itu menular, lingkungan sekitar bisa ikutan repot atau stress, apabila ada orang yang kerjanya khawatir. Harus diimbangi dengan orang-orang yang berpikiran positif juga, jadi seimbang seperti Yin dan Yang... Ipin dan Upin.

Untuk beberapa orang ini cukup penting (termasuk saya). Ada yang bilang, “musuh terbesar itu adalah diri sendiri”, jadi pastikan kita semua sudah “bersahabat” dengan diri sendiri. Karena orang yang sudah mengenal dirinya sendiri, akan lebih mudah mengenali serta memahami orang lain, dan mereka bisa bersahabat dengan siapa saja. Sedangkan efek samping dari terlalu “bersahabat” dengan diri sendiri adalah jadi sedikit narsis...

Seandainya kita adalah orang yang bicaranya serampangan... sudah pasti sahabat yang cocok adalah yang serampangan juga, karena tidak pernah ada yang namanya “sakit hati” di antara orang-orang yang seperti itu, lebih sering tersungging daripada tersinggung... dan santai.

5. Memiliki wawasan yang luas (kualitas Mbah Google)

Keuntungan memiliki sahabat dengan kualitas Mbah Google, adalah kita tidak akan pernah kekurangan ilmu pengetahuan atau ilmu hidup. Orang-orang yang memiliki wawasan yang luas adalah mereka yang berpengalaman dalam berbagai bidang, sehingga setiap kali ngobrol dengan mereka kita akan merasa cocok dan nyambung. Mereka juga dapat menyesuaikan pembahasan/obrolan sesuai dengan minat seseorang, apapun latar belakangnya.

Selain itu, orang-orang yang memiliki wawasan luas sangat mudah diterima oleh berbagai kelompok/kalangan/budaya. Mereka tidak pernah pilih-pilih teman atau sahabat. Dan keberadaannya tidak pernah ditolak, karena dapat dengan mudah memposisikan dirinya di dalam kehidupan sosial dan berbaur. Saran saya, jika Anda bertemu dengan orang-orang seperti itu dekati, jadikan sahabat, karena mereka dapat menjadi mentor yang baik bagi diri kita.

Dan yang paling penting, sahabat dengan kualitas Mbah Google adalah orang yang bijaksana dalam menilai banyak hal.

6. Beriman

Seumur hidup, saya pribadi banyak menemukan orang beragama, tetapi jarang menemukan yang beriman. Mereka yang tidak hanya mengucapkan isi ajaran agamanya, tetapi juga melakukannya dan menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari sebagai “bukti iman”, apapun latar belakang agamanya. Iman tanpa perbuatan = “iman yang mati”, beriman menjadi kaya raya tetapi tidak pernah kerja keras itu percuma.

Memiliki sahabat yang beriman akan menjauhkan kita secara tidak langsung dari hal-hal yang buruk. Kadang di saat kita kekurangan iman akibat banyaknya masalah/beban di dalam hidup, iman seorang sahabat dapat membantu kita agar tetap beriman. Bukan berarti kita bergantung (nebeng) dengan iman orang lain, tetapi sesama manusia harus saling menguatkan, iya toh?...

Jika kita lemah yah dikuatkan, jika sahabat kita yang lemah yah bantu kuatkan juga... istilah saya: “transfer iman, transfer semangat hidup...,” cara yang dapat dilakukan sangat banyak: nasehat, dukungan moril, bantuan materil, dan yang paling penting sahabat harus saling mendoakan. Tanpa diminta untuk mendoakan pun, kadang nama kita disebut di dalam doa mereka (para sahabat). Gituh...

Sahabat saya juga sering cerita isi doanya. Ini isi doa dia untuk saya, katanya: “Ya Tuhan, kapan nih orang bertobat, ampun... ngomong kok gak jaga.”

Memang, iman dia kuat banget...hal yang paling susah diubah dari saya, malah itu yang dia doain. Untungnya dia tidak sampai sewa satpam untuk menjaga mulut saya yang ceplas-ceplos.

---

Jika bertemu dengan orang-orang yang memiliki beberapa kriteria seperti di atas, langsung saja dijadikan sebagai teman atau bahkan sahabat. Ditambah juga, jangan terlalu banyak cari musuh, karena cari musuh itu gampang, tetapi yang sulit itu mencari sahabat, aset berharga di dalam kehidupan...

Dan... seandainya kita tidak menemukan satu orang pun yang pantas dijadikan sahabat, maka jadikanlah diri kita sahabat yang baik untuk orang lain. Gitu...

“Don’t expect your friend to be a perfect person. BUT, help your friend to become a perfect person. That’s a true FRIENDSHIP.” –Mother Teresa-

“Persahabatan sejati adalah sahabat tanpa pamrih" -Tjiptadinata Effendi-

Mari bersahabat...

[Djoel]

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun