Berita tentang Ketua KPK Abraham Samad sangat menarik perhatian belakangan ini. Pasalnya, seorang Abraham Samad mulai mendapatkan lirikan dari sejumlah elit politik, yaitu para petinggi Gerindra, beliau dianggap dapat menjadi pendamping potensial untuk pencalonan Prabowo Subianto di Pilpres 2014. Selain Abraham Samad, salah satu nama yang dilirik oleh mereka adalah Basuki T.P. (Ahok).
Para Petinggi Gerindra juga menyatakan mulai mempertimbangkan usulan/wacana tersebut, apalagi hal ini sudah ditanggapi baik oleh Prabowo. Abraham Samad yang awalnya memberi pernyataan menolak di media, mulai melunak dan bersikap diplomatis dalam menjawab beberapa pertanyaan wartawan.
Abraham Samad adalah salah satu sosok yang menjadi tokoh inspiratif bagi banyak anak muda Indonesia. Integritasnya sebagai Ketua KPK sudah tidak perlu diragukan. Jabatannya membuat seorang Abraham Samad menjadi pribadi yang harus menjaga jarak dengan banyak hal. Mungkinkah lirikan Prabowo dan Gerindra akan mengubahnya? ...
Jadi... Sejujurnya saya berharap Pak Abraham Samad menolak tawaran itu, maksudnya menolak lirikan menggoda dari Pak Prabowo...
Ada beberapa pendapat dari saya pribadi...
Pertama, tentang Abraham Samad:
Abraham Samad adalah seorang teladan, seorang pengabdi hukum, seorang birokrat tulen, seorang yang jenius dalam mengemban tugas-tugasnya, dan seorang tokoh inspiratif yang tidak cocok masuk ke dunia politik, meskipun beliau pandai memposisikan diri.
Kegigihannya dalam memberantas korupsi,membuat sosok Abraham Samad sangat disegani, terutama oleh para politikus koruptor.
Kedua, tentang Partai Gerindra dan Prabowo:
Partai Gerindra memang terkenal sebagai salah satu Partai yang cukup bersih dalam masalah kasus korupsi, dibandingkan dengan partai lainnya.
Tetapi, tetap tidak ada jaminan yang pasti kalau rakyat akan memilih pasangan duet Prabowo Subianto dan Abraham Samad, apalagi sejak Jokowi dideklarasikan menjadi capres dari PDIP, survei elektabilitas Prabowo langsung merosot.
Sangat wajar, jika Gerindra dan Prabowo melihat popularitas Abraham Samad akan meningkatkan kembali elektabilitas Partai mereka.
Ketiga, tentang lirikan Prabowo yang menggoda Abraham Samad:
Wacana Prabowo-Abraham di Pilpres mungkin bisa menjadi kenyataan, tetapi hal itu akan membuang waktu Abraham Samad, karena beliau akan kehilangan ‘momen-momen berharga’ di KPK RI. ApalagiAbraham Samad itu jantung dari 'mesin pemberantasan korupsi' di Indonesia.
Kalau ternyata nanti Abraham Samad harus memasuki dunia politik, karena lirikan Prabowo berhasil menggodanya, dan beliau harus cabut dari KPK untuk Kampanye Pilpres 2014, bagaimana nasib KPK RI?
Dengan hijrahnya Abraham Samad ke Dunia Politik untuk sementara waktu. Pasti akan mengubah kepribadian, cara bersikap, dan karakternya sebagai seorang Ketua KPK. Dari pribadi yang tertutup karena tuntutan jabatan, harus berubah menjadi pribadi yang terbuka karena urusan politik dan kampanye.
Dengan perubahan sikap seperti itu, pasti akan ada banyak hal yang diperdebatkan dan dipertanyakan oleh rakyat, lawan politiknya, dan musuh-musuh KPK.
Hal tersebut juga akan menimbulkan banyak celah di dalam tubuh KPK RI. Para Politikus Senayan beberapa waktu lalu saja sudah mencoba untuk mengotak-atik KPK. Pihak-pihak yang memang sejak dulu ingin mengusik atau mematikan kerja KPK pasti akan sangat memanfaatkan keadaaan ini (perubahan sikap dan posisi Abraham Samad yang mendadak di KPK RI).
Terakhir, tentang KPK RI, Rakyat, dan Pemilu 2014…
Komisi Pemberantas Korupsi dibentuk secara khusus, artinya siapapun yang ada disana adalah orang-orang yang dipilih secara khusus untuk berada disana, dengan karakter yang khusus juga.
Berbeda dengan pemilihan caleg atau presiden dan wakilnya, mereka dipilih secara umum, mereka dipilih dari visi dan misi untuk rakyat Indonesia. Jadi kalau ada penolakan dari berbagai pihak karena ditariknya Abraham Samad dari KPK, akan berbeda dengan kasus penolakan Jokowi yang akan diambil dari ‘DKI Jakarta’ untuk Pilpres 2014.
Jokowi dipilih secara UMUM memang untuk rakyat DKI, dan sebentar lagi akan dipilih juga secara UMUM untuk Indonesia. Jokowi adalah ‘agent of change’, beliau memang untuk rakyat. Kalau pun ada tarik menarik, atau penolakan tentang pencapresan, itu hanya masalah politik demokrasi biasa, ‘dari rakyat untuk rakyat’.
Sedangkan Abraham Samad dipilih secara KHUSUS untuk KPK RI, dengan tujuan yaitu menjadi pemimpin pasukan memberantas korupsi, misi dan visinya juga khusus, mungkin mirip dengan film 'mission impossible'. Voting untuk pemilihan ketua KPK saja harus tertutup.
Abraham Samad dianggap sebagai ‘special agent’, beliau tidak didesain untuk merakyat dan bersosialisasi / blesukan. Keberadaan beliau untuk memberantas korupsi, memang harus berada di luar jalur politik.
Walaupun Abraham Samad akan dipasangkan dengan seorang Jokowi, tetap belum ada sosok yang pas untuk menggantikan posisi Ketua KPK RI. Dan Abraham Samad sendiri juga masih memiliki masa jabatan yang harus dituntaskan.
Berada di kursi RI 2, tidak menjamin seseorang akan memberantas korupsi lebih mudah. Pemberantasan korupsi tetap membutuhkan sebuah ‘bangunan menara’, sebuah wadah tersendiri yaitu KPK RI, dan dipimpin oleh pemimpin yang tepat, untuk saat ini orang itu adalah Abraham Samad.
Segitu saja pendapat saya yang tidak hemat... Dan saya setuju dengan pernyataan Pak Abraham, kalau itu takdir, berarti tidak ada yang bisa menolak.
Terima Kasih sudah dibaca...
"Jadi Ketua KPK, jadi Capres, dan Calon Wapres adalah takdir Tuhan. Sebagai manusia tidak bisa mengatur dan menolak takdir." -Abraham Samad-
[Djoel]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H