Mohon tunggu...
Djoel
Djoel Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekas mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

5 Tips Sederhana Menjadi Gentleman yang Hidupnya Berkelas

17 April 2014   15:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:34 6204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya di dalam persoalan tentang memiliki perilaku yang baik, gender bukanlah suatu batasan. Akan tetapi, seorang pria memang dituntut lebih banyak untuk berperilaku baik, selayaknya seorang gentleman. Dan yang namanya gentleman itu bukan hanya pria yang menghormati atau memperlakukan wanita dengan baik, saya pribadi memaknai kata tersebut sebagai: “seorang pria yang memiliki kehidupan berkelas”, karena tidak hanya wanita yang perlu diperlakukan baik, masih ada orang tua dan anak kecil juga.

Untuk yang pernah menonton film-film kolosal tentang jaman kerajaan Inggris kuno, pasti pernah melihat gambaran tentang kaum sosialita dan bangsawan yang terlihat sopan, ramah, senang membantu, dan yang paling jelas mereka berada di strata sosial teratas dengan gaya hidup yang berkecukupan. Dari situ juga kata gentleman menjadi sebutan bagi para pria bangsawan yang dianggap memiliki “excellent attitude” karena kekayaannya.

Pertanyaannya, hari gini masihkah para pria membutuhkan kekayaan untuk bersikap sebagai gentleman?

Para pria memang harus cari uang, kita semua butuh uang dong... tetapi untuk menjadi gentleman yang memiliki kehidupan berkelas, 5 tips sederhana di bawah ini tidak memerlukan uang, hanya perlu dilakukan dengan hati.

1.Membukakan pintu untuk orang tua dan wanita

Tidak ada salahnya kita membukakan pintu untuk orang lain terutama orang tua dan wanita, ketika hendak masuk atau keluar dari suatu tempat. Selain menghindari tabrakan atau tangan yang terjepit pintu, percayalah, ketika ada seseorang yang kita bantu dengan membukakan pintu baginya, lalu dia mengucapkan “terima kasih”, itu adalah hal yang menyenangkan.

Dan ingat jangan semua pintu dibukakan, contohnya seperti di toilet wanita, seorang pria tidak perlu sampai membukakan pintu toilet wanita karena terlalu agresif ingin menjadi gentleman... jadinya aneh sekali, dan bisa-bisa nanti dilaporkan ke sekuriti.

Bantu membuka yang perlu-perlu saja, seperti pintu mobil kek... tetapi yang ini juga harus hati-hati, saat membukakan pintu mobil dan mempersilahkan seseorang masuk, pastikan seluruh badannya sudah masuk semua ke dalam mobil... baru pintunya ditutup. Karena salah satu epic fail dari pria-pria muda yang mau jadi gentleman adalah membukakan pintu mobil lalu menutupnya plusss... membuat jari orang lain patah karena terjepit.

2.Mempersilahkan orang tua atau wanita terlebih dahulu (ladies first)

Atau kalimat lainnya adalah “mengutamakan orang lain terlebih dahulu”, contohnya saat kita mengantri makanan prasmanan di sebuah undangan pernikahan, jika di belakang kita ada seorang ibu yang sedang mengantri juga, cobalah untuk mempersilahkan ibu tersebut untuk berada di depan kita, misalnya bilang “silahkan Bu duluan...”, namun biasanya tawaran itu ditolak karena tidak masalah baginya untuk menunggu, “ndak pa pa dek, silahkan... ibu ndak terlalu lapar cuma mau icip-icip doang. Terima kasih ya...”

Tetapi tidak masalah untuk kita coba juga kan? Siapa tahu ternyata ibu itu sedang sakit maag dan menerima tawarannya karena tidak boleh terlambat makan. Berusaha mendahulukan kepentingan orang lain itu baik.

Contoh lainnya adalah ketika kita sedang berjalan kaki lalu menyeberang jalan, pastikan pria duluan yang membuka jalan untuk orang tua dan wanita, atau bahkan anak-anak. Karena itu seorang pria selalu berada di sisi arah datangnya kendaraan saat sedang menyeberang, agar bisa memberi jalan terlebih dulu. Tetapi saran saya pribadi, ketika berada di jalan-jalan utama/besar, lebih baik ajari mereka untuk menyeberang di zebra cross atau jembatan penyeberangan dikarenakan lebih aman, dan para pria tidak perlu beresiko tertabrak mobil, akibat harus selalu berada di sisi arah datangnya kendaraan setiap kali menyeberang.

Dan contoh yang seharusnya jangan dilakukan di sini adalah ketika seorang pria dewasa mengajak kencan seorang wanita dewasa, gala dinner di resto, pakai lilin-lilin aroma therapy. Lalu setelah acara makan selesai dan pelayannya pun datang memberikan bill tagihan... yang pria langsung bilang, “ladies first!” (it’s an epic fail again dude...)

3.Membantu orang tua atau wanita yang sedang membawa barang berat

Biasakanlah untuk “risih” saat melihat orang tua atau wanita sedang membawa barang-barang yang berat sendirian, dari rasa risih tersebut nanti kita akan terbiasa menawarkan bantuan untuk membawa atau mengangkat barang-barang tersebut. Saya sendiri paling tidak tega, ketika melihat ada ibu-ibu yang bawa gembolan mirip orang bawa karung beras, biasanya saya langsung bilang tanpa basa-basi, “Bu sini saya bawain...”, dan biasanya juga langsung diterima, karena itu teramat-sangat membantu bagi mereka. Jadi jangan pernah malu untuk membawakan barang bagi orang tua atau yang wanita di saat mereka terlihat kesulitan membawanya, karena akan lebih malu lagi jika kita memilih diam dan bersikap pasif (terutama para pria yang masih muda).

Dan jangan lakukan hal ini saat membantu untuk mengangkat/membawa barang; Merasa keberatan alias letoy, jika kita berniat membantu pastikan saat mengangkat atau membawanya kita punya tenaga, jangan sampai yang kita bantu malah lebih kuat ternyata... apalagi yang kita bantu adalah seorang nenek.

Satu lagi yang “sebaiknya” jangan dilakukan oleh para pria muda/dewasa adalah; menawarkan untuk membawa “tas cantik” seorang wanita yang cantik juga... karena terlalu ingin nampak gentleman. Untuk soal ini saya benar-benar merasa risih, saat melihat seorang pria membantu membawakan tas jinjing wanita yang jelas-jelas itu tidak berat, malah kelihatannya jadi kurang macho... Ingat: there is no gentleman who carries a purse...

Terutama untuk pria-pria muda yang suka menemani pacar belanja ke mall. Katakanlah hal itu dengan lemah lembut seperti ini: “yang itu kamu bawa sendiri yah, jangan titip-titip ke aku... soalnya hari ini kamu pakai tas warna pink... coba kamu bawa backpack pasti aku bawaiin. Luv u...”

4.Bersikap ramah, tahu aturan, dan memiliki tutur kata yang halus kepada orang tua, wanita atau siapapun

Sebenarnya poin yang ini memang standar kehidupan sehari-hari, seperti misalnya:

Pastikan di setiap kesempatan ketika bertemu dengan siapapun, jangan lupa mengucapkan kata-kata seperti permisi, maaf, terima kasih, atau kata tolong di waktu meminta bantuan atau memberi perintah. Jika ada orang yang tersenyum, jangan lupa membalas senyumannya, tetapi jangan juga senyum-senyum sendiri. Lalu berikutnya, sebelum melakukan sesuatu di tempat yang bukan milik kita, jangan lupa meminta ijin sebelum melakukan sesuatu, biasakan menghormati privasi orang lain serta kebijakan/aturan di tempat orang lain. Dan terakhir, yang paling penting, dimanapun kita berada, ingat gentleman itu tidak memaki, dan berkata kasar.

Terkadang, di saat saya sedang jalan kaki bareng teman, lalu tidak sengaja bertemu dengan sekelompok pengamen atau anak jalanan, teman saya tuh gak mau lewat situ karena katanya, dia perempuan dan khawatir akan diganggu. Gara-gara dia berkata seperti itu, jadinya saya sengaja melewati kelompok anak jalanan itu di pinggir jalan, bukan supaya dia diganggu, tetapi saya mau memperlihatkan sesuatu ke dia...

Jadi begini, saya lewatin kelompok anak jalanan itu bareng dia, lalu saya bilang, “permisi yah, numpang lewat...,” sambil tersenyum. Yang ada mereka (kelompok anak jalanan) malah balik tersenyum sambil mempersilahkan kami lewat. Justru sebuah pembelajaran untuk teman saya, jangan berprasangka buruk, dan kata “permisi” itu penting.

Salah satu contoh dari yang jangan dilakukan oleh pria muda soal bersikap ramah adalah: menggunakan panggilan “tante” kepada wanita yang usianya lebih dewasa atau bahkan sering disingkat menjadi “tan”, memang beras ketan dipanggil tan?

Alasannya sederhana: yang pertama, mereka bukan kerabat atau tante yang menikah dengan om kita, karena baru kenal juga; yang kedua, bagaimana jika wanita yang kita panggil “tante” itu baru berumur 20an? ...hanya karena kita menilainya dari penampilan, itu namanya tidak sopan; dan yang ketiga, tidak semua wanita dewasa (seorang ibu) senang dipanggil “tante”.

Oleh sebab itu, cara menyikapinya adalah dengan melihat kondisi lingkungannya terlebih dahulu. Jika di suatu lingkungan lebih sering menggunakan panggilan “mbak/mba”, yah lebih baik kita mengikutinya, dan tidak perlu ditambah “H” (hah) nanti jadinya mbah”. Akan tetapi, jika kita tidak mengetahui kondisi dari lingkungannya, lebih baik pakai panggilan “ibu” saja, karena lebih aman. (Termasuk soal panggilan kepada pria dengan usia lebih dewasa, jangan sembarangan panggil “om”, masih banyak panggilan yang lebih baik: bapak, pak, mas, kang, bang, bung, dll.)

5.Memberikan tempat duduk untuk penyandang disabilitas, ibu hamil, orang tua, anak kecil, dan wanita. (PENTING!)

Yang ini sengaja saya pisahkan dari poin 2, sebenarnya termasuk kedalam mengutamakan orang lain.

Namun, kasus tentang seorang perempuan yang “tidak rela” memberikan tempat duduk bagi ibu hamil di dalam kereta adalah salah satu hal yang mengesalkan untuk saya secara pribadi. Dan jika seorang wanita saja dituntut untuk memberikan tempat duduk kepada ibu yang sedang hamil, apalagi yang pria? Sudah pasti sangat dituntut...

Sekalipun seseorang tidak punya perasaan untuk memberikan tempat duduk bagi yang sudah jompo, ibu hamil, atau penyandang disabilitas bahkan anak kecil... minimal seseorang tersebut memiliki otak untuk berpikir: bagaimana jika orang tua itu punya penyakit jantung dan tidak bisa berdiri lama? bagaimana jika wanita hamil itu mengalami hal yang tidak diiinginkan? bagaimana jika penyandang disabilitas itu jatuh? dan lain-lain... karena tidak selamanya berbuat baik itu harus memakai hati, serta memanfaatkan rasa simpati atau empati... terkadang hanya butuh otak untuk berpikir.

Pernah di suatu event seminar, di mana saya menjadi panitia sekaligus peserta, terdapat suatu kendala yaitu kami kekurangan kursi sedangkan pengunjung yang datang sebagai peserta acara ada banyak orang tua dan wanita... Alhasil, sebagian pria dan anak muda nya harus mengalah, termasuk saya dan panitia juga ikutan berdiri. Acara seminar yang selama 3 jam tanpa break harus kami lakoni tanpa duduk. Ketika harus berdiri agar orang lain bisa duduk itu adalah pembelajaran yang bagus untuk kami anak muda, belajar berkorban... Tetapi pesannya cuma satu sih, kalau kita mau buat acara jangan lupa sewa kursinya lebihan...

---

Kadang kita berpikir hidup berkelas itu memiliki barang mewah, rumah mewah, mobil mewah ... padahal belum tentu. Tidak semua kemewahan itu bisa membuat seseorang memiliki hidup yang berkelas. Hidup yang berkelas adalah saat kita dapat memperlakukan orang lain secara manusiawi, tidak pilih-pilih dan tidak hanya melihat rupa rupawan... Karena awal mula bagi seorang pria untuk mendapatkan hidup yang mewah adalah memiliki “excellent attitude”, perilaku yang sempurna, as a gentleman...

Jadi bahagia dan hidup berkelas itu sederhana loh...

[Djoel]

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun