Mohon tunggu...
Engkus Kusnandar
Engkus Kusnandar Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 2 Kota Sukabumi

Saya seorang Tenaga Pengajar Di SMP Negeri 2 Kota Sukabumi Hobi saya otak atik Program Komputer dan Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu sang Motivasi Hidupku Kini Telah Tiada

3 Juli 2024   09:00 Diperbarui: 3 Juli 2024   09:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu Sang Motivasi Hidupku Kini Telah Tiada

Malam itu, langit penuh dengan bintang. Hawa dingin merayap masuk melalui jendela kamarku yang terbuka sedikit. Aku duduk di kursi belajarku, menatap buku-buku yang tersebar di atas meja. Pikiran melayang jauh, mengingat sosok ibu yang baru saja meninggalkan dunia ini.

Ibu adalah sosok yang tak tergantikan dalam hidupku. Beliau selalu menjadi sumber kekuatan, inspirasi, dan motivasi bagiku. Setiap kali aku merasa lelah dan putus asa, ibu selalu ada untuk mengangkat semangatku. Kata-katanya yang lembut namun penuh makna selalu berhasil menyentuh hatiku dan memberiku dorongan untuk terus maju.

"Ibu, apa yang harus aku lakukan jika aku merasa tidak mampu?" tanyaku suatu kali ketika aku mengalami kesulitan dalam belajar.

Ibu tersenyum dan mengelus rambutku. "Nak, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selama kamu percaya pada dirimu sendiri. Kegagalan itu hanya batu loncatan menuju kesuksesan. Ingat, ibu selalu ada untuk mendukungmu."

Kata-kata itu terus terngiang di telingaku, menjadi mantra yang selalu aku ulang-ulang setiap kali menghadapi tantangan. Ibu selalu mengajarkanku untuk melihat sisi positif dalam segala hal, dan itulah yang membuatku mampu bertahan hingga saat ini.

Namun, takdir berkata lain. Ibu jatuh sakit dan kondisinya semakin memburuk. Hari-hari berlalu dengan cepat, dan akhirnya, ibu pergi meninggalkan kami. Kehilangan ibu adalah pukulan berat bagiku. Dunia seakan runtuh, dan aku merasa kehilangan arah.

Di hari pemakaman ibu, langit mendung seakan turut berduka. Suasana sunyi menyelimuti rumah, hanya terdengar isak tangis keluarga dan kerabat yang datang. Aku berdiri di samping pusara ibu, menatap batu nisan yang baru dipasang. Air mata tak terbendung lagi, jatuh membasahi tanah yang masih basah.

"Ibu, aku janji akan membuatmu bangga," bisikku lirih.

Malam itu, setelah semua tamu pulang dan rumah kembali sepi, aku duduk di kamarku dengan hati yang hampa. Tanpa ibu, aku merasa sendirian. Namun, di balik kesedihan ini, aku tahu bahwa ibu ingin aku tetap kuat. Aku teringat kata-kata terakhir ibu sebelum beliau menghembuskan napas terakhir.

"Nak, hidup ini penuh dengan liku-liku. Jangan pernah menyerah. Ibu selalu percaya bahwa kamu bisa melalui semuanya. Jadilah orang yang berguna dan berikan yang terbaik dalam setiap hal yang kamu lakukan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun