Mohon tunggu...
Engku picces jung
Engku picces jung Mohon Tunggu... -

Menulis adalah mengukir sejarah baru

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kami Menipis di Negara Kami yang Agraris

3 Februari 2014   12:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:12 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kami” dalam judul diatas merujuk pada sosok yang terkenal dengan kerja kerasnya dari mulai ayam berkokok hingga matahari tepat di atas kepala mereka baru bisa terbebas dari pekerjannya, mereka itu adalah Petani. Dahulu profesi petani adalah profesi yang cukup menjanjikan untuk rakyat bangsa ini, mereka mampu menghidupi keluarga sendiri bahkan banyak orang. Kini, jumlah profesi ini semakin menipis karena lahan terkikis semakin habis dan berubah peruntukan menjadi pabrik -perkantoran -pertokoan -perumahan sehingga merubah posisi dari “Petani” menjadi “Buruh Tani”.

Layaknya ayam yang mati di lumbung padi, itulah yang menggambarkan kondisi para petani kini. Negeri yang pernah menyandang swasembada beras ini harus menyaksikan para petani yang telah menjadi mata pencaharian rakyatnya sedari dulu harus menipis dan tragis. Data di BPS menyebutkan, jumlah warga bermata pencaharian sebagai petani saat ini masih dominan, yakni 39 %. Namun dibanding sebelumnya, jumlah itu menurun. Data BPS menyebutkan, dalam setahun selama 2011 saja jumlah petani berkurang 3,1 juta (7,42 %).  Yang meresahkan lagi, usia rata-rata mereka 45 tahun. Artinya, dominasi pekerja sebagai petani lebih banyak dilakukan mereka yang berusia lebih dari 40 tahun. Hal itu juga tidak didukung dengan kemjuannya teknologi pertanian yang pada dasarnya dapat membatu mereka. Sedih ketika hal penunjang tersebut hanya jalan ditempat sedangkan kebutuhan pangan setiap tahunnya meagalami peningkatan.

Dalam menyikapi peningkatan kebutuhan pangan pemerintah mengambil jalan yang dibilang merugikan rakyat, pemerintah mengimpor beras Vietnam dan sudah beredar di tengah masyarakat. Sudah hal biasa tentunya, tapi jika kita melihat kondisi saat ini alangkah baiknya jika pemerintah dapat mengambil jalan lain yaitu dengan cara mengalokasikan dana lebih kepada para petani untuk meningkatkan hasil panenya demi dapat memenuhi kebutuhan beras nasional. Pastinya langkah ini adalah yang terbaik mengingat efek dari langkah ini bukan hanya dapat bisa mencukupi kebutuhan pangan tapi juga dapat memberikan nafas panjang untuk kehidupan petani dan aktivitasnya. Hal itu pula dapat meningkatkan kemakmuran para petani

Oleh karena itu, menyikapi momen 2014 ini dalam halnya pemilihan presiden selanjutnya, diharapkan agar rakyat bisa cerdas dalam melihat sosok. Akan banyak sekali janji dan kampanye yang bertujuan memenangkan hati rakyat. tidak salah menanggapi hal itu, tapi bagusnya kita dapat melihat seorang sosok atau tokoh yang sudah siap dari segi lahhir dan batinnya dan juga didukung oleh program kerja yang akan dia usung nanti. Terutama dalam hal ini bagaimana sosok itu mampu mempunyai program jelas dalam mengatasi kebutuhan pangan Negara ini dan dengan tidak mengambil jalan Impor malah memilih untuk meningkatkan kemampuan warganya dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. Meningkatkan dan membangun segala hal yang berkaitan dengan rakyat pantasnya lebih penting dalam cara kita melihat seorang sosok untuk Presiden selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun