Eksistensi pemimpin sangatlah urgen bagi sebuah negara. Pasalnya, seorang pemimpin merupakan ujung tombak dari sebuah negara. Kemajuan sebuah negara akan terwujud apabila pemimpinnya mampu menjalankan, mengatur, mengayomi, melindungi, serta memberikan kesejahteraan rakyat. Maju tidaknya negara dan tinggi rendah harkat martabat rakyat ditentukan oleh pemimpin. Seperti pernyataan ini “Enam Puluh tahun dengan pemimpin yang zalim (masih) lebih baik daripada semalam tanpa penguasa”.(Taqiyuddin Ibn Taimiyah). Hal tersebut berarti bahwa pemimpin sangat penting dalam menjalankan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, kita diwajibkan untuk benar-benar lebih selektif mencari pemimpin. Tentunya, pemimpin yang mampu menyongsong Indonesia ke arah yang lebih menjanjikan. Sebagai contoh dengan kriteria jujur, adil, cerdas, tegas, bijak, asketis, dan produktif.
Jika dikaitkan dengan dilema Indonesia yang tengah mengalami krisis kepemimpinan saat ini, tentu kita sepakat bahwa kriteria pemimpin tersebut sangat cocok dan patut didambakan oleh segenap bangsa Indonesia. Ada yang berpendapat bahwa hancurnya peradaban sebuah negara salah satunya dikarenakan oleh kezaliman penguasa (pemimpin). Karena itu, penghelatan hajatan demokrasi lima tahunan (Pemilu) merupakan momentum yang sangat dinantikan untuk menyambut Indonesia yang lebih baru. Dengan pemimpin yang baru, dapat dipercaya (amanat), pemimpin berkualitas, berintegritas, dan berkredibilitas tinggi. Selain itu, momentum tersebut dapat dijadikan sebagai wadah semangat baru untuk bersama-sama merajut masa depan Indonesia yang lebih cerah serta cemerlang.
Rakyat sangat menantikan seorang pemimpin yang mampu menciptakan nuansa baru, bangkit dari keterpurukan, dan menjadikan perjalanan sejarah sebagai cermin masa depan. Pemimpin yang diidamkan yaitu pemimpin yang berusaha seoptimal mungkin mewujudkan cita-cita rakyat mencapai kesejahteraan, yakni meneruskan semangat juang impian Indonesia dengan disertai usaha dan kerja keras. Bukan pemimpin yang hanya ‘manis diawalnya saja’, yang mengumbar janji saat berkampanye, namun setelah terpilih justru lupa dengan tujuan utamanya. Dan apakah idealisme pemimpin diatas terdapat dalam jiwa pemimpin yang sekarang? Apakah pemimpin yang sekarang dapat menjalankan amanah? Kita lihat yang akan terjadi kedepannya. Jika ada perilaku yang keluar dari koridornya, secepatnya kita kritisi agar dapat berjalan kejalanya kembali. Jangan terburu-buru menyalahkan keadaan yang terjadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI