"Aku seneng karo gaya cemburumu," tulismu di pesan pendek yang kau kirimkan padaku. Benarkah aku cemburu? Rasa tak rela yang memenuhi hatiku tiap kali kau berdinas ke luar kota ..... Benarkah ini bisa dikatakan rasa cemburu?
**************
Adalah Pritt, lelaki usia 30an yang telah menjerat hatiku beberapa tahun terakhir ini. Perjumpaan yang tanpa sengaja, saat terburu-buru memencet tombol pintu lift gedung megah di seberang kantorku.
Ya, siang itu aku tengah mengantarkan proposal penawaran kerjasama untuk bossku. Pak Hardono memang agak pelupa, berkas itu ditinggalkannya di meja kerjaku saat beliau sibuk menerima telepon.
"Iya Pak. Saya tinggal menyeberang, tidak usah dijemput segala," jawabnya terburu-buru.
Pak Hardono begitu saja melangkah, tangan kirinya mengempit beberapa berkas sementara tangan kanannya sibuk menjawab handphonenya yang tak berhenti berdering.
"Pak..... Ini......"
Aku mengangkat bahuku putus asa. Tak mungkin mengejar langkah-langkah Pak Boss yang telah menghilang di sebalik pintu lift.
Hadeeuuuhh.... Kutepuk jidatku sendiri. Ini berarti, aku harus mengantarkan berkas ini ke tempat meeting Pak Hardono.
Kupandangi pekerjaanku yang menumpuk di meja. Baru beberapa lembar surat penawaran yang sudah kuselesaikan, sementara yang belum tersentuh? Masih setinggi dua jengkal tangan, menunggu giliran.
"Ya Pak. Segera saya susulkan. Pak Adnan sedang tidak ada di tempat. Beliau harus menghadiri peresmian kantor cabang di Surabaya," jawabku di telepon. Suara boss yang panik membuatku ikut-ikutan senewen. Siapa suruh jadi orang pelupa?