Beranda rumah bermandi cahaya surya yang bening menyilaukan, menebar hangat ke seanteronya. Sengaja kubuka semua pintu dan jendela, membiarkan udara lembab semalaman berganti dengan sejuknya pagi.
Masih terlalu pagi untuk melakukan aktifitas di luar rumah, dan rasanya masih belum pantas buat menyapa tetangga kiri kanan seperti biasa kulakukan. Tapi kenapa suasana desa sudah terasa hiruk pikuk?
Kulongokkan kepala ke perempatan< kulihat kang Inin, Om Garong, mas Hans, sedang sibuk berbisik bisik sambil mengoleskan sesuatu di tiang listrik. Di ujung jalan yang lain kulihat mas Lala, kang Edy dan bunda Yanti, juga Dorma sedang asyik menggali tanah.
"sedang apa mereka sepagi ini?" gumamku perlahan.
"bundaaaaaa..........." Elhida muncul di belakangku, membuatku terlonjak kaget.
"eits....bukannya kau tak boleh keluar rumah? Kata mamamu, kau sedang dipingit?" tanyaku lagi.
"hehehehe, aku kangen bundaaaa..." sambil melendot di bahuku. "ini anak......nanti bunda jatuuuuhh..."
"tenang bund, ada aku. Tak akan kubiarkan bunda jatuh...." katanya berusaha gagah.
"lagakmu......badan pongkring gitu, masa kuaat......."
Kamipun tertawa bersama.
*****