Mohon tunggu...
Enggar Murdiasih
Enggar Murdiasih Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Ibu Rumah Tangga

penggemar fiksi, mencoba menuliskannya dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Lelaki, dari Masa Lalu

13 April 2013   14:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:16 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini Indri terbangun oleh dering hape di samping tempat tidurnya. Dengan mata yang masih setengah terpejam, dilihatnya jam dinding yang tergantung di atas pintu kamarnya.

“Masih jam empat pagi…..” keluhnya.

Sebuah nama yang muncul di layar hapenya membuat Indri membuka matanya lebar lebar.

“Yana…..”, gumamnya. Pikirannya sibuk mengingat ingat siapa gerangan pemilik nama itu. Sebuah nama dari masa lampaunya, yang selama ini mati matian dilupakannya.

Ingatannya melayang ke masa dua tahun yang silam. Kehidupan rumah tangganya yang sudah berlangsung selama lima tahunan, mulai terasa hambar tanpa rasa. Indri terpaksa menerima pinangan Radit. Saat itu ia telah berbadan dua akibat perkosaan yang dilakukan Radit bersama teman temannya.

Setelah menjalani serangkaian sidang yang melelahkan, Radit memutuskan untuk menikahi Indri demi janin yang bersemayam di perut gadis itu.

“Indri, please. Ijinkan aku menebus kesalahanku padamu, juga pada calon anak yang ada di rahimmu….” ratapnya, pilu.

Indri terdiam, menunduk. Ia tak tahu harus menjawab apa.

“Aku tidak perduli itu benih siapa, Indri……aku siap bertanggung jawab. Ijinkan aku menikahimu, demi masa depan anak itu….”.

Indri teringat nasehat beberapa gurunya, iapun tak ingin menggugurkan makhluk mungil yang menghuni rahimnya. Jujur, ia bimbang. Manakah yang harus dipilihnya? Menikah dengan Radit yang telah memperkosanya, atau menggugurkan bayi tak berdosa itu?

Radit memboyong keluarga kecilnya ke tempat lain setelah bebas dari hukuman penjara. Pelan tapi pasti, kehidupannya mulai berubah. Kegigihan dan ketekunannya mulai membuahkan hasil, hingga ia bisa menghidupi keluarganya dengan layak.

Seiring berjalannya waktu, mereka makin disibukkan dengan urusan masing masing. Toko kelontong, usaha rental komputer, dan jasa laundry yang dikelola Radit maju pesat. Ia menjadi sangat sibuk, waktunya dihabiskannya dengan berkeliling dari satu tempat usaha ke tempat usahanya yang lain.

~~~~~~~~ Dia Lelaki, dari Masa Lalu ~~~~~~~

Gubraaakkkk…….. belanjaan yang dibawa Indri jatuh berhamburan ke lantai.

“Maaf….maaf……saya tidak sengaja” pria itu membantunya membereskan barang belanjaannya. Indri tertegun, tak percaya pada penglihatannya siang ini.

“Kau…..kau….mas Yana…..”.

“Indri? Benarkah kau ini Indri?”.

Mereka menuju ke foodcourt di lantai satu, lalu berbincang panjang lebar tentang berbagai hal. Sesekali Indri tertegun saat pandangan matanya bersirobok dengan pria itu. Masih ada sinar cinta yang terpancar di sana, sama seperti bertahun tahun lalu sebelum peristiwa mengerikan itu terjadi.

Sejak itulah, mereka mulai dekat kembali. Yana yang masih mencintai Indri, mencurahkan seluruh perhatiannya kepada perempuan itu. Ia mulai terlambat pulang, mengabaikan peristiwa penting di rumah, dan mulai marah marah tanpa sebab pada Inna, perempuan yang dinikahinya atas desakan ibunya yang sakit keras.

Cinta yang lama terpendam, cinta yang tercerabut dengan paksa, cinta yang terpisahkan oleh malam jahanam bertahun tahun lalu itu pelan pelan mulai menemukan muaranya kembali. Mereka makin sering bertemu dan melewatkan waktu bersama. Yana akan berusaha memanjakan Indri, melimpahinya dengan kasih sayang, belaian dan pelukan.

Meskipun pada awalnya Indri menolak, tapi perlahan lahan ia mulai membuka hatinya kembali. Trauma atas perkosaan yang dialaminya dulu mulai terkikis sedikit demi sedikit.

~~~~~~~ Dia Lelaki, dari Masa Lalu ~~~~~~~

“Dia kepala keluarga yang baik dan bertanggung jawab. Ia telah bekerja keras selama ini demi memenuhi kebutuhan keluarga yang terus meningkat…..” Indri bersandar di bahu Yana, lelaki dari masa lalunya.

“Lalu kenapa kau lakukan ini semua Indri? Kenapa? Bukankah kalian keluarga yang berbahagia?.......” Yana tak habis mengerti.

Indri menggigit bibirnya, dengan terbata bata ia menuturkan perjalananrumah tangganya selama ini. Kehidupan yang rapuh, palsu, penuh kepura puraan. Tapi, tak ada yang percaya pada penuturannya.

Betapa tidak, orang orang selalu menganggapnya sebagai perempuan yang berbahagia. Suami yang bertanggung jawab, anak yang manis dan penurut, rumah mungil yang asri dan teduh, semuanya dimilikinya. Tak pernah sekalipun terdengar percekcokan diantara keluarga kecil itu.

“Jadi? Selama ini….kau ….kau?” Yana hampir berteriak.

“Yamas. Aku tak pernah mengijinkan Radit menyentuh tubuhku. Aku jijik mas. Aku belum bisa melupakan bayang bayang malam mengerikan itu dari pikiranku….” Indri menangis pilu.

Tanpa kata Yana meraih Indri ke dalam pelukannya. Dibiarkannya perempuan itu menangis menuntaskan kesedihan yang disimpannya selama ini. Ia tak bisa mengelak, ia masih menyimpan cinta yang demikian besar pada Indri. Cinta mereka demikian kuat dulu, sebelum peristiwa itu merenggut dan membuyarkan impian mereka akan masa depan.

Indri menolak menikah dengannya. Ia tak ingin Yana bertanggung jawab atas perbuatan yang tidak pernah dilakukannya. Setelah pernikahan terpaksa itu Indri menghilang, tak ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya.

~~~~~~~ Dia Lelaki, dari Masa Lalu ~~~~~~~

Hingga suatu hari, mereka bertemu lagi di kamar hotel tempat Yana menginap. Sebuah perjumpaan yang tak direncanakan sebelumnya.

“Mas ada di sini? Benarkah?” pesan pendek Indri mampir di hapenya.

“Mampirlah. Aku senggang sore ini”, balas Yana.

Ini pertemuan mereka setelah terpisah selama beberapa bulan. Yana yang sibuk keliling ke berbagai daerah, tak sempat menyambangi Indri. Mereka hanya berhubungan via email atau pesan pendek, saling bertanya kabar dan berbagi kerinduan.

“Kenapa Indri? Kau ….??” Yana bertanya khawatir. Dipandanginya perempuan yang duduk di sampingnya itu penuh selidik.

“Aku gak apa apa mas, benar. Hanya…….” suara Indri tercekat di tenggorokan.

“Aku nervous banget mas. Lama sekali kita tak bertemu ….”, jawaban Indri membuat Yana tertawa lebar. Dikecupnya ubun ubun perempuan itu dengan sayang. Ia masih menyimpan cinta untuk Indri, tak berkurang sedikit pun.

“Boleh aku ngomong sesuatu, Indri?”.

Debaran di dadanya sedikit mereda saat dilihatnya Indri mengangguk. Dipeluknya perempuan itu, disandarkannya dagunya di salah satu sisi bahunya. Tangan Indri memeluk kedua tangannya dengan hangat. Untuk beberapa saat, mereka berdua terdiam. Entah apa yang dipikirkan, tak ada yang berusaha untuk mengetahuinya.

Yana memandangi wajah Indri yang tak berubah.Sejak tadi ia menyimpan ketakutannya dalam dalam. Ia takut Indri tak bisa menerima keputusannya. Syukurlah, perempuan itu tak menolak. Tak ada air mata yang menetes setelahnya. Wajahnya pun biasa biasa saja, Indri pandai sekali menutupi perasaan hatinya saat itu.

~~~~~~~ Dia Lelaki, dari Masa Lalu ~~~~~~~

“Perpisahan selalu menggoreskan luka”……Indri menuliskan kalimat itu ke dalam komputer pribadinya. Hanya itu. Setelahnya, ia tak bisa melanjutkan lagi. Hampir setengah jam duduk di depan monitor, ia pun akhirnya menyerah.

Kebimbangan yang memenuhi pikirannya sedikit demi sedikit memudar. Bagaimana pun, Yana punya keluarga sendiri. Terlepas dari tidak adanya cinta di antara mereka, itu bukan masalah Indri. Perasaan berdosa yang selama ini menghuni hatinya mulai terkikis oleh keputusan Yana. Indri mengerti, meskipun Yana pria istimewa di hatinya, tapi itu di masa lalu. Masa dimana mereka masih menjalin cinta. Bukan cinta rahasia seperti saat ini. Cinta pelarian, cinta yang tidak pada tempatnya.

Indri melangkah menuju kamar sebelah, dimana Radit tengah tertidur lelap. Dipandanginya wajah lelaki itu dengan perasaan bersalah yang membebani hatinya.

Ia tahu, tak baik berharap terlalu banyak pada Yana, lelaki dari masa lalunya. Ia juga tahu, ia tak berhak melarikan segala karut marut rumah tangganya pada orang lain yang tak paham persoalannya.

Biarlah ia menyimpan semua kekisruhan itu sendirian. Kedua orang tuanya telah tiada, tak ada tempat lain baginya untuk berbagi kesedihan.

Radit masih sama seperti dulu, ia tak pernah berusaha mendekati Indri setelah penolakannya bertahun tahun yang lalu. Ia hanya ingin memenuhi janji yang pernah diucapkan di hadapan kedua orang tua Indri. Menjaganya, mengasihinya, hingga maut memisahkan keduanya.

^^ seputaran Jakal 12 April 2013 ^^

=====%%%%%%%=====

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun