Ini adalah tulisan saya yang pertama di kolom Kompasiana, mungkin sudah sekitar 1 tahun lebih tidak posting tulisan karena sibuk pacaran (*kasian yang masih jomblo :) ) dan kerja kerja kerja, sesuai dengan slogan dari wong solo itu tuuu.. :).
Sehari-hari pekerjaan saya adalah tak lain dan tak bukan hanyalah sebagai tukang, silahkan remehkan terkait pekerjaan saya, bagi saya ada yang lebih penting, yaitu berusaha menjadi tukang terbaik.Â
Kebetulan saya tinggal dan mencari nasi di sebuah daerah di Sumatra, 1 jam dari Jakarta via pesawat.Cukup terjangkau untuk kelas tukang level senior, kebetulan lagi saya ini mandor dan kebetulan lagi kemaren gaji buruh buruh saya pada telat. Ketika buruh telat, sementara kita dikejar progres yang ketat saya mencari cari solusi bagaimana cara berkomunikasi yang efektif dengan kawan-kawan tukang biar mau disuruh, biar tidak kena bacok dan tujam (tusuk tajam)..
1. Mengawali dengan senyuman, memberikan prolog motivasi dan seolah-olah mereka tidak sendirian. "Kita sama bro, kita senasib"
2. Memberikan kata-kata persuasif dan dengan candaan dan guyonan. Trik persuasif ini saya pelajari dari sahabat saya semasa sekolah dan kuliah juga saya jumpai.
3. Gaya komunikasi yang paling andalan terakhir ini adalah trik gaya Raffles. Pertama adalah memberikan pengertian tentang pekerjaan dan filosofi ttg pekerjaan yang mereka lakukan dan belum mereka ketahui, kedua adalah membagi job desk dan target, ketiga beri mereka uang sebagai reward dan semangat (maklum blm gajian), terakhir mengajak mereka mengerjakan pekerjaan dan mengawasi sampai target selesai. Dengan style rafless ini orang akan mengerti hal yang belum mereka ketahui, disatu sisi juga ilmu akan semakin berkembang.Â
Semoga menjadi trik komunikasi menghadapi anggota-anggota yang gajinya telat.Â
Salam Lemes (lembut mesra).
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H