Mohon tunggu...
R. Eneng Siti Hajar
R. Eneng Siti Hajar Mohon Tunggu... GURU -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Luka Hati

11 April 2017   15:17 Diperbarui: 11 April 2017   22:30 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kembali hati ini meradang. Sudah berulang kali hatiku dihantam cemburu.  Cemburu yang membabi buta. Rasa sakit, perih, pedih bagai disayat-sayat sembilu semakin membuat luka hati ini menganga. Perasaan itu kian tak terbendung melihat kelakuan suami yang sudah terjadi selam tiga bulan. berawal dari pertemuan reuni sma itu, membuat sikap suamiku berubah. tak pernah kubayangkan sebelumnya pribadi yang dulu lembut, romantis, dan penuh kasih sayang baik terhadapku sendiri juga pada kedua anak-anakku, bahkan sangat memanjakan kami. kini berubah drastis menjadi pemarah, sering menyendiri, bahkan sering tak pulang keumah. entah dia ngelayap kemana. Kupastikan telpon ke kantornya. dan kudapati jawaban yang sama.

"dia sudah pulang, bu." Jawab laki-laki di kantor suamiku itu.

"Huhhh... harus kucari kemana lagi dia?" bisikku dalam hati.

Ini sudah hari sabtu dan malam minggu yang ke empat dibulan Mei ini, tepat tiga bulan semenjak reuni sma waktu itu, peristiwa yang telah mempertemukan dia dengan mantan kekasihnya sewaktu sma. Kekasih yang dipacarinya sejak kelas satu sma dulu, kini datang kembali menjadi sosok yang dikagumi dan digandrungi suamiku. Dia menjadi 'nightmare' bagi kehidupan keluargaku sekarang. 

Ovie, nama perempuan itu. Dia telah pisah dengan seuaminya sekitar setahun terakhir ini. Begitulah, setidaknya itu informasi yang yang ku dengar tentang Ovie. Perempuan yang telah merenggut kebahagiaanku dan anak-anakku.

"Halo, mas dimana?" Kucoba beranikan diri untuk menelponnya.

"Sudahlah! Kamu ga usah telpon aku lagi, mau pulang atau engga, itu urusanku. Kamu tak perlu ngurusin aku lagi. Urus aja diri mu sendiri.Bahkan kalau kamu mau kawin lagi dengan lelaki lain juga aku persilahkan. sekali lagi, tak perlu urus aku lagi! Kita masing-masing aja mulai hari ini." Begitu teag dan lugas, dengan nada marah dan penuh emosi serta kebnecian.

Kembali hatiku lunglai badanku lemas. terlebih lagi kudapati si kecil Reno yang menatapku sedih penuh tanda tanya. Dia belum mengerti apa yang tengah terjadi pada ku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun