Biasanya penyajian ketupat dilakukan pada hari Raya Idul Fitri, namun berbeda dengan warga Pandeglang, Banten. Warga menyajikan ketupat dua kali yaitu pada hari raya idul fitri dan pertengahan ramadhan.
Tradisi penyajian ketupat pada pertengahan menjelang akhir Ramadhan dinamakan dengan sebutan Qunutan.
Apabila puasa ramadhan sudah memasuki hari ke-15 maka dilakukan tradisi ngariung ketupat.
Tradisi warga Pandeglang Banten tersebut dilakukan sebagai bentuk simbol persatuan masyarakat setempat dalam mengharapkan berkah Lailatul Qadar.
tradisi ini dilakukan dengan membawa ketupat ke mesjid atau musholla menjelang shalat terawih dan langsung didoakan untuk memohon berkah ramadhan dan lebran kemudian dibagikan dibagikan kembali kepada jamaah usai salat berlangsung.
tradisi ini sudah dilakukan turun temurun, untuk memanfaatkan momen bulan ramadhan untuk bersedekah dan mencari rizki yang dimiliki.
tradisi ketupat menurut cerita adalah simbolisasi dari ungkapan bahasa jawa yaitu Ku = ngaku (mengakui) dan pat = Lepat (kesalahan), yang digunakan oleh sunan kalijaga dalam mesiarkan ajaran islam di Jawa.
biasanya warga pandeglang menyajikan 2 jenis ketupat. Tradisi ini selalu disambut dengan antusias oleh warga setempat.
biasanya warga Pandeglang sudah sibuk mempersiapkan daun kelapa muda dua hari sebelum tradisi ngupat dilaksanakan. suasananya persis seperti lebaran hanya saja ini terjadi dibulan ramadhan.
menyantap ketupat tidak akan sempurna tanpa ditemani opor, semur atau rendang.
Banten memang memiliki tradisi yang berbeda dengan wilayah Indonesia pada umumnya. kalau ketupat dinikmati pada hari ke-15 ramadhan, dan lebaran mereka menikmati ketupat lagi dan uli bakar.