Sektor Perikanan dan Kelautan tak dapat ditinggalkan dalam upaya mencapai peningkatan taraf hidup masyarakat di wilayah pantai. Selain produksi ikan laut dihasilkan pula ikan darat yang berasal dari perikanan tambak, kolam, dan perairan umum. Jenis ikan pada budidaya air tawar meliputi ikan tawas, lele, mujahir, nila, gurami, gabus, karper dan lain-lain. Sedangkan jenis ikan pada budidaya tambak meliputi bandeng, udang windu, udang vanamai, blanak, kakap, udang putih, kepiting, kerang dll.
Meningkatnya produksi ikan diiringi pula peningkatan limbah ikan baik berupa kulit dan sisik ikan. Limbah dari sektor perikanan selain dihasilkan oleh TPI juga dihasilkan oleh industri-indusrti kecil yang bergerak dibidang pengasapan ikan, presto ikan, terasi dan ikan asin. Saat ini belum ada upaya untuk mengolah lebih lanjut limbah kelautan dan perikanan yang berupa kulit dan sisik ikan. Oleh karenanya, ide inovatif dari Tim Riset Prodi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Undip, yakni Endy Yulianto, Malika Pintanada Kaladinanty dan Najwa Putri Indira Kusuma, berupaya mengembangkan produk kolagen.
Malika Pintanada Kaladinanty biasa disapa Malika menyampaikan bahwa limbah kulit dan sisik ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kolagen. Kolagen merupakan protein penghubung jaringan yang banyak dijumpai pada hewan. Kolagen memiliki berbagai kegunaan diantaranya sebagai bahan additif pada industri makanan, pharmacy, kosmetik dan industri photograpy.
Kolagen dari limbah perikanan dan kelautan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan kolagen yang diperoleh dari limbah peternakan (unggas). Keunggulan tersebut diantaranya: bebas dari BSE, kegunaan yang lebih beragam (dapat digunakan dalam industri makanan, bahan baku murah (limbah) dan kebutuhan akan kolagen terus meningkat ujar Malika.
Endy mengungkapkan bahwa proses produksi kolagen dari kulit dan sisik ikan dapat dilakukan melalui proses ekstraksi menggunakan asam asetat maupun menggunakan enzim. Proses ekstraksi menggunakan asam asetat memiliki beberapa keunggulan, diantaranya, menghasilkan yield yang tinggi dan proses produksi lebih mudah serta lebih murah.
Diharapkan dengan menerapkan teknologi ekstraksi, diperoleh yield yang tinggi dalam produksi kolagen. Ide inovatif ini diharapkan dapat ditindaklanjuti dan diaplikasikan oleh kelompok-kelompok nelayan penghasil ikan maupun UKM yang bergerak disektor perikanan dan kelautan, sehingga produksi kolagen dapat menjadi salah satu opsi diversifikasi produk dari industri perikanan dan kelautan, tutur Endy.
Najwa menambahkan bahwa pembuatan kolagen dari kulit dan sisik ikan, bagi kelompok- kelompok nelayan maupun UKM yang bergerak di sektor perikanan dan kelautan diharapkan dapat mengaplikasikan teknologi produksi kolagen dari kulit dan sisik ikan sebagai satu opsi diversifikasi produk dan pemanfaatan limbah. Dapat meningkatkan nilai ekonomis produk dari sektor perikanan dan kelautan dan berakibat positif bagi kelompok nelayan dan UKM dalam arti dapat meningkatkan pendapatan dan membuka kesempatan kerja serta peluang usaha, teknologi ekstraski kolagen dari kulit dan sisik ikan menggunakan asam asetat dapat dikembangkan dan diaplikasikan oleh industri pengolahan maupun pengalengan ikan guna meningkatkan nilai tambah dan diversifikasi produk perikanan dan kelautan.
Selain itu akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan makro dalam meningkatkan dan mengembangkan kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap kegiatan perekonomian di daerah. Sebagai informasi bagi Dinas Perikanan dan Kelautan dan Dinas-Dinas terkait untuk menetapkan kebijakan teknis terkait program dan wilayah pengembangannya, tutup Najwa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI