Teh sebagai bahan minuman penyegar dan menyehatkan merupakan minuman popular di dunia setelah air mineral. Akan tetapi, pasar teh dunia dibayangi oleh gejala kelebihan pasokan dan biaya produksi yang cenderung terus meningkat, mengharuskan para produsen teh untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah. Masalah lingkungan juga telah ikut mendorong berkembangnya segmen pasar baru bagi produk teh yaitu konsumen yang menghendaki produk ramah lingkungan dan menyehatkan.
Beberapa tahun terakhir ini, aspek kesehatan teh hijau disorot tajam sejalan dengan kecenderungan masyarakat mengkonsumsi makanan atau minuman substitusi sebagai imbangan diet kaya lemak dan kolesterol. Untuk itu, salah satu upaya yang dilakukan oleh Peneliti sekaligus Dosen Prodi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Undip yakni Mohamad Endy Yulianto dengan meningkatkan kandungan katekin teh hijau melalui riset komersialnya.
Endy menyampaikan bahwa daun teh mengandung 30 -- 40% senyawa polifenol yang sebagian besar dikenal dengan katekin. Komposisi daun teh terkenal sangat kompleks, dan lebih dari 400 komponen kimiawi telah diidentifikasi. Katekin (C6H6O2) merupakan kerabat tanin terkondensasi yang sering disebut polifenol menentukan mutu, cita rasa, kenampakan, maupun warna air seduhan.
Efek menyehatkan teh hijau didominasi oleh senyawa katekin yang dikandungnya. Hasil penelitian dengan teh hijau membuktikan bahwa katekin dapat mengurangi resiko kejangkitan berbagai penyakit seperti mengurangi resiko kanker, mengobati penyakit ginjal, menjaga kesehatan jantung, bersifat anti oksidan, anti mikroba, bahkan mampu memperpanjang masa menopouse dan lain-lain, terang Endy.
Endy juga menambahkan bahwa katekin pada tanaman teh Indonesia berupa varietas assamica lebih banyak daripada katekin daun teh Jepang varietas sinensis, oleh sebab itu potensi menyehatkan teh Indonesia diduga lebih tinggi. Keunggulan ini membuka peluang bagi industri teh Indonesia untuk memproduksi teh hijau berkatekin tinggi.
Tahapan yang paling menentukan kualitas teh hijau adalah proses inaktivasi enzimatis dalam sitoplasma daun teh (pelayuan). Produksi teh hijau di Indonesia pada umumnya memiliki kadar katekin 10,81% berat kering. Kadar katekin teh hijau ini relatif rendah, karena sebagian mengalami oksidasi katekin, degradasi termal, epimerisasi katekin.Â
Hasil riset komersial Endy dan Tim telah mampu meningkatkan kadar katekin dari 10,81% (Panning) meningkat menjadi 17,81% berat kering. Kadar katekin yang tinggi ini sejatinya sangat berkhasiat dalam menggempur berbagai penyakit mematikan, diantaranya penyakit jantung, papar Endy.
Endy menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi teh hijau secara teratur dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner. Hal ini disebabkan oleh kandungan katekin yang ada dalam teh hijau dapat mengurangi agregasi platelet sehingga dapat mencegah jantung koroner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko kematian akibat penyakit jantung koroner pada responden yang gemar minum teh hijau lebih kecil dibandingkan peminum teh hijau ringan. Minum teh hijau juga akan memperkuat arteri. Kondisi arteri yang rapuh akan mempermudah penumpukan kolesterol yang bisa menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, imbuh Endy.
Hasil penelitian lain juga mengungkapkan bahwa pembuluh darah balik besar (aorta) para responden yang gemar meminum teh hijau memiliki lapisan yang mampu mencegah terjadinya penggumpalan darah. Kondisi ini menyebabkan menurunnya kemungkinan terjadinya serangan jantung koroner, tutup Endy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H