Mohon tunggu...
M. Endy Yulianto
M. Endy Yulianto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Vokasi Undip

Hobi rekreasi dan menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Minyak Biji Kapas Sebagai Antioksidan

20 Mei 2024   08:55 Diperbarui: 20 Mei 2024   08:57 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohamad Endy Yulianto, Dosen Prodi TRKI Vokasi Undip

Gagasan inovatif terus menjadi langkah penggerak dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor perkebunan. Bahkan bisa menjadi solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh sivitas akademika dari Vokasi Undip yakni Mohamad Endy Yulianto yang merupakan Dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI). Dosen dengan kepakaran bidang Pengembangan Proses, yang biasa disapa Endy telah mengembangkan ekstraksi gelombang mikro minyak biji kapas dan teknik purifikasi dengan menggunakan membran Reverse Osmosis.

Endy menyampaikan bahwa biji kapas adalah limbah pertanian yang berasal dari perkebunan kapas. Secara tradisional kapas ditanam untuk memperoleh seratnya, yaitu produk yang paling berharga. Di negara penghasil kapas, bijinya diproses lebih lanjut dan diolah menjadi minyak (untuk sabun, cat, dan kosmetik), sedangkan ampasnya masih dapat diolah lagi menjadi tepung biji kapas.

Kapas termasuk jenis Gossypium yang termasuk kedalam famili Malvaceae dan sub-kelas Hibisceae. Nama kapas sendiri mencerminkan bahwa tanaman ini banyak mengandung gosipol yang sebenarnya berasal dari gossipium phenol, suatu senyawa polifenolik yang berwarna kuning. Khusus dalam bijinya, gosipol terdapat sebagai kelenjar pigmen yang merupakan 20 sampai 40 persen berat dari biji itu sendiri, terang Endy.

Endy mengungkapkan bahwa gosipol terdapat dalam bentuk bebas dan terikat. Gosipol terikat terbentuk dari reaksi gugus aldehid (dari gosipol) dengan gugus amino (dari protein). Senyawa yang larut dalam aseton gosipol bebas, sedangkan yang tidak larut dalam eter, kloroform atau campuran aseton dengan air adalah gosipol terikat. Kadar gosipol bebas biasanya berkisar antara 0,39 sampai 1,70 persen, sedangkan kadar keseluruhan dapat mencapai 6,64 persen. Selisih antara keduanya adalah gosipol terikat. Karena sifat-sifat kelarutannya seperti di atas, maka bentuk gosipol bebaslah yang cenderung lebih berbahaya bagi hewan non-ruminansia.

Di samping gosipol bebas, biji kapas juga mengandung pigmen-pigmen lain yang menyerupai gosipol tetapi dalam jumlah yang lebih kecil. Salah satu pigmen tersebut adalah gossi-kaerulin yang merupakan isomer dari gosipol. Senyawa ini juga memberikan reaksi yang spesifik terhadap gugus aldehid (-CHO) yang berdampingan dengan gugus hidroksi (-OH). Pigmen ini adalah diamino yang berwarna kuning tapi hanya ditemukan pada biji kapas yang disimpan pada temperatur tinggi. Bila larutan yang mengandung diamino-gosipol tadi dibiarkan pada suhu kamar, senyawa ini dapat berubah kembali menjadi gosipol sambil melepaskan amoniak, tutur Endy.

Derivat lainnya adalah gossi-purpurin yang berwarna ungu. Kandungannya dapat meningkat selama penyimpanan yang jumlahnya tergantung pada suhu dan dan lama penyimpanan. Di samping itu, ada pula yang dinamai gossi-fulin yang berwarna jingga yang ternetuk pada proses pemanasan biji kapas mentah. Melihat banyak terdapat pigmen lain yang menyerupai gosipol, tetapi banyak diantaranya tergantung suhu dan lama penyimpanan, dapatlah diambil kesimpulan bahwa gosipol bebaslah merupakan bentuk yang lebih berbahaya, papar Endy.

Endy menambahkan bahwa gosipol adalah padatan kuning berbentuk hablur yang larut dalam berbagai pelarut organik, tetapi tidak larut dalam petroleum eter dan air. Air bukan pelarut yang baik karena strukturnya terdiri dari gugus naftalen (sebagai inti), metil dan isopropil. Sedangkan petroleum eter juga bukan pelarut yang baik karena gosipol bersifat polar. Dari berbagai pelarut organik, aseton merupakan pelarut yang terbaik. Larutannya dalam beberapa pelarut organik tadi bersifat tidak stabil. Kestabilan tersebut berturut-turut turun dari aseton, asetonitril, kloroform, etanol dan metanol.

Gosipol sensitif terhadap oksidasi, sehingga diusulkan sebagai antioksidan. Misalnya untuk menstabilkan vitamin A dalam larutan. Senyawa ini juga sensitif terhadap sinar ultra violet, tetapi dapat disimpan dengan aman di tempat yang terlindung cahaya, tutup Endy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun