Diabetes Internasional (IDF) menyatakan bahwa diperkirakan 415 juta orang dewasa di seluruh dunia telah mengalami Diabetes Miletus (DM) pada tahun 2015 dan  mencapai 642 juta orang pada tahun 2040. IDF memperkirakan bahwa penderita DM di Indonesia mencapai 10 juta orang pada tahun 2015 dan mencapai 16,2 juta orang pada tahun 2040 (dirilis dari IDF, 2015). IDF juga menyampaikan bahwa 87-91% penderita diabetes didominasi oleh penderita diabetes tipe 2.
FederasiMohamad Endy Yulianto selaku Dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Undip menyampaikan bahwa patofisiologi DM tipe-2 ditandai dengan terjadinya resistensi insulin pada jaringan tubuh dan atau adanya gangguan/abnormalitas sekresi insulin dari sel pulau langerhans pangkreas. Saat ini, obat yang telah diterapkan dalam pengobatan diabetes tipe 2 antara lain metformin dan gliclazide (sulfonylurea) yang berfungsi meningkatkan sekresi insulin pada penderita diabetes tipe 2. Tipe obat yang lain adalah obat yang berfungsi sebagai inhibitor enzim DPPIV.
Meskipun obat bagi diabetes tipe 2 telah ada, namun demikian, hingga kini pengobatan DM tipe-2 masih dianggap kurang efektif oleh sebagian kalangan medis. Hal ini ditandai dengan masih tingginya angka kesakitan dan kematian, serta rendahnya kualitas hidup pasien yang telah menjalani terapi dengan antidiabetes yang ada. Oleh karena itu, pengembangan senyawa aktif yang dapat digunakan untuk terapi DM tipe-2 sangat diperlukan, tutur Endy.
Endy menyatakan bahwa salah satu senyawa aktif yang telah dikaji dan terbukti memiliki aktivitas anti diabetes adalah senyawa pheophytin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peophytin dari Allophylus cominia (L.) Sw. memiliki nilai persentase penghambatan terhadap enzim PTP1B dan -glucosidase sebesar 681% dan 465.18%.
Endy menambahkan bahwa enzim PTP1B, DPPIV, -glucosidase dan -amylase merupakan target obat baru yang dikembangkan dalam proses terapi diabetes tipe 2. Â -glucosidase dan -amylase merupakan enzim yang berperan pada proses hidrolisa karbohidrat sehingga menjadi pendekatan yang menjanjikan guna mengendalikan diabetes tipe 2 melalui mekanisme pencegahan absorpsi glukosa. Inhibisi terhadap enzim PTP1B akan memberikan dampak yang besar dalam mekanisme metabolisme glukosa.
Peran inhibisi enzim PTP1B adalah dengan menganggu proses penyerapan glukosa dengan mengatur signal negatif pada insulin melalui pembentukan residu dephosphorylat phosphotryosine pada reseptor insulin. Sementara inhibisi terhadap enzim DPPIV dapat berefek pada penurunan kadar glukosa post-prandial dan kadar HbA1c levels. Hal tersebut menjadikan inhibitor DPPIV menjadi kandidat agen terapi diabetes tipe 2 lebih efisien, memiliki nilai kebaruan dan dapat ditolerir, terang Endy.
Endy mengungkapkan bahwa pheophytin adalah senyawa turunan klorofil yang ditemukan dalam tanaman hijau. Pheophytin diyakini dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar glukosa darah pada manusia. Sedangkan, Zn-Pheophytin adalah senyawa kompleks yang terbentuk dari zinc (Zn) dan phaeophytin, yaitu senyawa pigmen fotosintesis yang terdapat pada tumbuhan dan ganggang. Zinc (Zn) adalah mineral esensial yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi biologis, seperti memperkuat sistem kekebalan tubuh, meningkatkan produksi enzim dan hormon, serta membantu memelihara kesehatan kulit, rambut, dan kuku.
Zn-Pheophytin ditemukan dalam ekstrak daun teh hijau dan telah diteliti untuk manfaat kesehatannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Zn-Pheophytin dapat membantu meningkatkan fungsi otak dan memori, meningkatkan kadar antioksidan dalam tubuh, dan melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Selain itu, senyawa ini juga dikaitkan dengan manfaat kesehatan lainnya seperti meningkatkan kesehatan jantung, mengurangi risiko beberapa jenis kanker, dan meningkatkan metabolism, papar Endy.
Salah satu sumber pheophytin yang layak digunakan sebagai bahan baku pheophytin adalah ampas seduhan teh yang dihasilkan oleh industri teh. Ampas seduhan teh selain mengandung antioksidan yang tinggi, juga terdapat kandungan vitamin (C, B2), magnesium dan mineral. Senyawa-senyawa aktif di dalam ampas seduhan teh perlu dilindungi agar tidak rusak karena pengaruh lingkungan yang dapat menurunkan stabilitas dari teh, pungkas Endy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H