Mohon tunggu...
NUR ENDY
NUR ENDY Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar, Bergerak, Berbagi, dan Menggerakkan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menerapkan dan Membagikan Budaya Positif di Sekolah

19 Februari 2022   16:45 Diperbarui: 19 Februari 2022   16:49 1702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Latar Belakang

Menurut filosopi Ki Hadjar Dewantara, kita sebagai pendidik diibaratkan sebagai seorang petani. Petani harus memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami. Artinya, nilai dan peran kita sebagai seorang guru harus mampu membuat suasana sekolah layak untuk dijadikan tempat belajar murid, layak dari segi keamanan dan kenyamanannya. Sehingga karakter baik akan tumbuh pada diri murid yang sesuai dengan visi Profil Pelajar Pancasila.

Hal tersebut dapat dicapai apabila sekolah mampu menghadirkan sebuah budaya positif dalam kesehariannya. Budaya positif sekolah tumbuh dari disiplin positif berdasarkan keyakinan-keyakinan positif yang dibentuk di kelas dengan mempertimbangkan kebutuhan murid. Guru dan murid juga harus berkolaborasi untuk menerapkan restitusi sebagai solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah yang timbul. Dalam hal ini, diharapkan guru hadir sebagai seorang manajer dalam proses restitusi murid.

Sebagai bagian dari usaha untuk menciptakan suasana dan budaya positif sekolah, saya melaksanakan sebuah tindakan aksi nyata di sekolah yang berjudul "Komitmen Bersama melalui Kesepakatan Kelas untuk Mewujudkan Budaya Positif di SD Negeri 2 Karang Mulya". Mengapa kesepakatan atau keyakinan kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja? "Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat?" Mungkin jawaban kita adalah "untuk kesehatan dan/atau keselamatan". 

Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut sebagai suatu 'keyakinan', yaitu nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. 

Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan.

Hal-hal yang melarbelakangi saya dalam melaksanakan tindakan aksi nyata tersebut diantaranya adalah:

  1. Belum semua kelas di SD Negeri 2 Karang Mulya menerapkan kesepakatan kelas;
  2. Pentingnya mengetahui dan memfasilitasi kebutuhan murid di SD Negeri 2 Karang Mulya;
  3. Memfasilitasi ide dan gagasan murid terkait kelas dan sekolah impiannya sebagai bagian dari budaya positif di sekolah;
  4. Perlunya acuan dalam penerapan disiplin positif di kelas yang berasal dari kesadaran atas keyakinan murid;
  5. Mengedepankan peran aktif murid sebagai subyek pendidikan di SD Negeri 2 Karang Mulya.

Tujuan

Tujuan yang saya harapkan dari pelaksanaan tindakan aksi nyata tersebut diantaranya adalah:

  1. Menumbuhkan motivasi intrinsik dari dalam diri murid agar tercipta disiplin positif di SD Negeri 2 Karang Mulya;
  2. Mengembangkan karakter toleransi, demokratis, kebersamaan, dan tanggung jawab melalui pembentukan kesepakatan kelas sebagai komitmen bersama;
  3. Mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid melalui pembuatan kesepakatan kelas;
  4. Mewujudkan merdeka belajar bagi semua warga SD Negeri 2 Karang Mulya;
  5. Menyatukan visi kepala sekolah, guru, dan murid dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Tolok Ukur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun