Mohon tunggu...
Endru RayaWibawanto
Endru RayaWibawanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IPB University

Saya adalah seorang mahasiswa dari IPB University

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resilience in Nature: Adapting to Enviromental and Economic Change

27 September 2024   22:42 Diperbarui: 27 September 2024   22:44 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ady Saiman, seorang pembicara yang membawakan tema lingkungan pada hari Sabtu, 21 September 2024 di acara KOMPAK Teknologi Hasil Hutan dengan judul Resilience in Nature: Adapting to Enviromental and Economic Change merupakan seorang aktivis lingkungan dari Komunitas Peduli Ciliwung, telah menjadi sosok yang sangat berperan dalam upaya pelestarian dan rehabilitasi Sungai Ciliwung. Melalui komunitas ini, Ady dan para anggotanya berfokus pada kegiatan pembersihan sampah, edukasi masyarakat, serta pelestarian ekosistem di sepanjang bantaran sungai. Komunitas Peduli Ciliwung juga aktif dalam mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap pentingnya menjaga kebersihan sungai demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan warga yang bergantung pada Ciliwung. Upaya Ady Saiman telah membuahkan hasil nyata, dari pengurangan limbah plastik di sungai hingga meningkatnya kesadaran warga akan pentingnya menjaga sungai sebagai sumber kehidupan.

Permasalahan lingkungan di Indonesia semakin hari semakin kompleks dan membutuhkan perhatian yang serius. Salah satu masalah yang mendesak adalah limbah medis yang berserakan di Sungai Ciliwung, yang tidak hanya mencemari sumber air tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat sekitar. Meskipun Indonesia telah mencatat penurunan tingkat penggundulan hutan, deforestasi tetap menjadi masalah besar dengan dampak signifikan terhadap ekosistem. Selain itu, permasalahan sampah plastik yang mencemari laut terus berlanjut, terutama di perairan Bali, di mana 9 juta ton sampah dibuang setiap tahunnya oleh masyarakat. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya pelestarian lingkungan masih menghadapi banyak tantangan.

Di tengah berbagai ancaman ini, beberapa inovasi mulai dikembangkan, seperti penggunaan sampah plastik untuk membuat aspal, yang menjadi langkah kecil namun penting dalam pengelolaan limbah. Namun, solusi seperti ini tidak akan cukup tanpa adanya perubahan perilaku yang lebih besar dan pemikiran kritis dari semua pihak. Kita perlu bergerak bersama untuk mengatasi krisis lingkungan dengan langkah-langkah strategis, baik dari segi kebijakan maupun kesadaran kolektif masyarakat. Hanya dengan demikian, kita dapat menciptakan perubahan nyata dalam menjaga dan melestarikan lingkungan untuk generasi mendatang.

Masalah lingkungan telah menjadi isu global yang terus terjadi dan sulit untuk menemukan solusi yang tuntas. Kerusakan lingkungan mencakup berbagai bentuk, mulai dari pencemaran sumber air, pembakaran hutan, pemburuan satwa liar, deforestasi, hingga polusi udara akibat industri. Bumi sebagai planet yang menopang kehidupan kita, kini menanggung beban yang sangat berat akibat berbagai aktivitas manusia yang merusak. Sungai, yang merupakan salah satu sumber kehidupan utama, kini semakin tercemar oleh limbah dan aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Padahal, sungai bukan hanya sumber baku air bagi manusia, tetapi juga bagian penting dari ekosistem alam yang mendukung kehidupan berbagai makhluk.

Sungai memegang peranan vital dalam keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia. Namun, kerusakan yang dialami oleh sungai, seperti pencemaran dan alih fungsi lahan di sekitarnya, telah menyebabkan berbagai masalah serius, termasuk banjir dan penurunan kualitas air. Pemukiman yang dibangun di bantaran sungai tanpa mempertimbangkan kelestarian alam turut memperparah situasi ini. Kondisi ini menunjukkan pentingnya menjaga sungai dan lingkungan secara keseluruhan, karena kerusakan yang terjadi pada alam akan berdampak langsung pada kualitas hidup manusia. Konsep berpikir yang hanya berfokus pada kebutuhan saat ini dan kepentingan pribadi telah menyebabkan terabaikannya tanggung jawab kita terhadap alam yang seharusnya dijaga untuk generasi mendatang.

Kerusakan lingkungan juga menjadi salah satu penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim, yang kini dirasakan di seluruh dunia. Pemanasan global yang terjadi karena penebangan hutan, degradasi vegetasi, dan polusi industri menyebabkan peningkatan suhu global, yang mengganggu siklus alami bumi. Banjir, kekeringan, dan bencana alam lainnya adalah bukti nyata dari kerusakan lingkungan yang semakin parah. Hutan, sebagai penyerap karbon dan penyeimbang ekosistem, terus menurun akibat deforestasi yang tak terkendali. Untuk itu, menjaga hutan dan lingkungan secara keseluruhan adalah upaya penting yang harus dilakukan untuk meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yang berlanjut.

Untuk mengatasi krisis lingkungan dan perubahan iklim yang semakin nyata, saatnya kita membangun kesadaran ekologi di setiap lapisan masyarakat. Langkah konkret dapat dimulai dari memikirkan alih energi ke sumber-sumber terbarukan yang ramah lingkungan, mengurangi polusi dengan mengurangi emisi industri dan transportasi, serta menjaga hutan sebagai paru-paru bumi. Menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari, seperti mematikan peralatan elektronik yang tidak digunakan, juga berkontribusi signifikan dalam mengurangi jejak karbon. Selain itu, tata kelola sampah yang baik, seperti mendaur ulang dan mengurangi penggunaan plastik, serta penanaman pohon secara massal, adalah langkah-langkah kecil yang bisa berdampak besar. Namun, untuk memastikan semua ini berjalan efektif, diperlukan implementasi aturan yang kuat, karena konflik sosial sering muncul ketika kebijakan sudah ada, namun pelaksanaannya lemah atau tidak konsisten.

Kesimpulannya, permasalahan lingkungan di Indonesia, termasuk pencemaran sungai, deforestasi, dan sampah plastik, memerlukan perhatian serius dan tindakan nyata. Aktivis seperti Ady Saiman dari Komunitas Peduli Ciliwung menunjukkan bahwa upaya pelestarian lingkungan dapat dimulai dari tingkat lokal dengan edukasi dan tindakan kolektif. Namun, tantangan seperti pencemaran air, penggundulan hutan, dan polusi industri tetap menjadi ancaman yang perlu diatasi melalui perubahan perilaku masyarakat, inovasi, serta kebijakan yang lebih kuat. Dalam menghadapi krisis ini, kesadaran ekologi harus ditingkatkan, penggunaan energi terbarukan perlu diprioritaskan, dan tata kelola sampah harus diperbaiki. Dengan kerjasama semua pihak dan implementasi aturan yang konsisten, kita dapat mengurangi dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan demi keberlangsungan hidup generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun