Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Alasan MT Tak Akui Kiswinar sebagai Anaknya

12 September 2016   19:36 Diperbarui: 12 September 2016   19:56 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini tak bermaksud untuk melakukan penghakiman atau apa pun. Sebab, kasus yang terjadi pada sang motivator ini bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Karena itu, tulisan ini hanya ingin mengulas kira-kira apa yang menyebabkan pemilik acara Golden Ways tersebut enggan mengakui Kiswinar sebagai anaknya.

Terlepas benar atau tidak hubungan darah di antara MT – Kiswinar, nyatanya sang anak memang sudah menunjukkan berbagai bukti konkret yang rasa-rasanya sulit untuk dibantah. Ditambah lagi Kumara Teguh alias Kumkum, adik kandung MT yang bermukim di Samarinda, juga memberikan penjelasan gamblang melalui wawancara eksklusive Samarinda TV (STV) yang kemudian beredar luas di sosial media.

Penjelasan wanita yang mengklaim dirinya sebagai adik kandung MT ini sekaligus mematahkan penjelasan dari MT yang sebelumnya berbicara di Kompas TV. Sang adik kembali memberikan penegasan bahwa Kiswinar memang anak MT.

Lantas, kenapa MT benar-benar enggan mengakui Kiswinar sebagai anaknya? Dari sisi teknologi pikiran, ada hal penting yang dibutuhkan agar MT bisa dengan mudah mentransfer kalimat motivasinya kepada audiens. Apa itu? Apalagi kalau bukan figur otoritas. Bagi seorang pembicara atau public speaker, figur otoritas memegang peranan sangat penting. Semakin tinggi figur yang terbentuk, maka semakin mudah mempengaruhi orang lain.

Sebagai contoh nyata, mungkin dulu Joko Widodo bukanlah siapa-siapa. Dia hanya seorang pengusaha meubel di Solo. Ketika itu, figurnya belum terbentuk dan apa yang disampaikan belum tentu memiliki pengaruh besar. Namun, figur itu mulai meningkat ketika menjadi wali kota Solo. Otomatis, figurnya terdongkrak dan apa yang disampaikan semakin mudah diterima masyarakat.

Figur ini semakin meningkat ketika menjadi gubernur DKI Jakarta dan kini semakin kuat lagi setelah menjadi presiden RI. Tak mudah untuk bisa meraih figur otoritas yang mumpuni. Perlu waktu dan tenaga yang tidak sedikit, serta harus konsisten.

Nah, kembali ke MT, beliau jelas sangat mengetahui keberadaan figur otoritas ini. Betapa pun, di Tanah Air, figurnya sebagai motivator papan atas sudah sangat kuat dan melekat. Bahkan, figurnya lebih kuat dibanding selebritas umumnya. Lihat saja ketika ada artis yang melakukan kesalahan besar, bahkan boleh dibilang sebagai aib besar, nyatanya figurnya tetap bisa ditingkatkan kembali dan kini masih bermunculan di layar kaca.

Contoh lain, Purdi Chandra boleh saja dikatakan gagal dengan konsepnya Cara Gila Jadi Pengusaha ketika akhirnya dinyatakan pailit. Namun, dia hanya mengupas soal usaha, soal utang atau kredit di bank. Sehingga tidak merusak figurnya secara utuh. Secara perlahan, Purdi kini kembali menaikkan kembali figurnya dan bisa kembali eksis.

Sementara posisi MT tak hanya sebagai pembicara dalam hal tertentu saja, namun sebagai motivator kehidupan. Artinya, semua aspek kehidupannya secara pribadi, mau tidak mau, suka tidak suka, dijadikan teladan atau contoh oleh para penggemarnya. Karena itu, figurnya terancam anjlok atau bahkan terjun bebas dengan kemunculan Kiswinar. Secara otomatis, penggemarnya pasti akan merosot drastis. Kenapa? Karena pikiran bawah sadar akan membuat sistem secara otomatis. Ketika figur otoritas seseorang itu dianggap tidak lagi sesuai dengan nilai – nilai yang ada, otomatis file tentang MT akan rusak, bahkan bisa hilang permanen.

Boleh jadi, inilah alasan MT mati-matian tidak akan mengakui Kiswinar sebagai anaknya. Beliau sedang mempertahankan figur otoritas tersebut. Kalau pun Kiswinar memang bukan anaknya, mau tidak mau MT harus punya bukti kuat dan konkret agar figur otoritasnya tidak semakin tergerus. Jika bukti ini tak kunjung tersedia, maka otomatis popularitasnya semakin terjun bebas.

Tes DNA mungkin jadi salah satu cara yang bisa dilakukan. Meski, lagi-lagi, ini juga diragukan jika ada pihak yang bisa memanipulasi hasilnya. Karena itu, tes harus dilakukan oleh pihak yang benar-benar netral dan independen.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun