Agustus 2022 nanti, Indonesia genap berusia 77 tahun. Namun, nyatanya masih banyak desa yang belum mendapat setrum dari perusahaan listrik negara (PLN). Di antara yang belum mendapat aliran listrik tersebut adalah Desa Teluk Muda, Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Aladin, kepala Desa Teluk Muda mengatakan, satu-satunya penerangan yang ada di desa ini adalah mesin generator set (genset) yang sebelumnya hasil dukungan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM). Mesin itu sudah beroperasi sejak 2011 silam.
Namun, mesin penerangan dengan bahan bakar solar itu hanya menyala dari pukul 6 sore sampai pukul 11 malam. Hanya 5 jam beroperasi. Sementara sejak tengah malam, desa ini harus gelap gulita. Kecuali bagi warga yang punya kemampuan lebih, memiliki genset sendiri. Untuk mendapatkan layanan listrik selama 5 jam itu, warga harus membayar Rp 130 ribu per bulan.
"Ini pun sudah disubsidi dengan dana desa," kata Aladin. Total, Rp 100 juta dana desa yang dibelanjakan setiap tahun, hanya untuk urusan genset berkapasitas 100 KVA ini. Komponen yang paling banyak menyedot keuangan adalah solar. Setiap malam, genset tersebut menghabiskan 70 liter solar.
Menurut Aladin, total ada 223 kepala keluarga di desa ini. Selain Desa Teluk Muda, desa di sekitarnya juga mengalami nasib yang sama. "Ya mudah-mudahan PLN segera masuk, supaya kami juga bisa menikmati listrik seperti mereka yang di kota," sambungnya.
Karena tidak ada listrik, praktis sarana komunikasi di desa ini juga setali tiga uang. Sinyal telekomunikasi berharap dari sisa-sisa sinyal yang sampai desa ini. Jika pun ada, hanya bisa untuk telepon suara, tanpa bisa mengakses data internet.
Desa Teluk Muda ini sebenarnya berada di kabupaten terkaya di Kaltim. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kutai Kartanegara (Kukar) 2022 sudah disahkan DPRD sebesar Rp5,2 Triliun. APBD tersebut mengalami peningkatan dari anggaran murni 2021, yakni Rp 3,2 Triliun.Â
Namun, jumlah desa di kabupaten ini juga banyak yakni 195 desa dengan jangkauan wilayah yang tersebar dari pesisir hingga pedalaman dan pelosok. Sehingga dana sebesar itu pun belum mampu menjangkau semua kebutuhan pembangunan.
Memang tidak mudah untuk mencapai desa ini. Perjalanan dari Samarinda harus memakan waktu lebih dari 3 jam. Selain itu, masih harus menyeberangi Sungai Mahakam dengan kapal feri kayu, barulah bisa sampai di desa ini.Â