Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Masuk Kampung Sendiri, Warga Harus Melintasi Jalur Tambang Batu Bara

19 Juli 2021   08:08 Diperbarui: 19 Juli 2021   08:25 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MARANG KAYU -- Dekat tapi jauh. Itulah gambaran yang tepat untuk melukiskan Desa Sambera Baru, desa hasil pemekaran di Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sebelumnya, Desa Sambera Baru merupakan bagian dari Desa Bunga Putih.

Dari Samarinda, ibu kota Kaltim, untuk menuju Sambera Baru harus melintasi jalan poros Samarinda -- Bontang, ke arah Marang Kayu. Dari Marang Kayu, harus balik kanan lagi menuju desa ini. Akibatnya, warga harus memutar jauh jika harus menuju Samarinda, atau ke Tenggarong, ibu kota Kutai Kartanegara. Kalau pun harus melintasi kawasan pesisir juga sama, harus berputar cukup jauh.

"Inilah yang menjadi keluhan warga, sehingga berharap ada jalan yang lebih dekat," kata Siswanto, warga desa tersebut.

Agar lebih dekat, warga kemudian berinisiatif memanfaatkan akses jalan tambang alias hauling milik perusahaan KDC yang beroperasi di kawasan ini. Dari jalanan tambang ini, warga bisa tembus Desa Sambera Baru menjadi lebih cepat. Setidaknya, perbedaan jarak yang bisa dihemat sekitar 30 kilometer.

"Persoalannya, jalan pintas yang dibuat itu ala kadarnya. Kalau sudah musim hujan begini, pasti rusak parah," kata Siswanto.

Ketika melakukan reses di Desa Sambera Baru, anggota DPRD Kaltim dari Fraksi Partai Gerindra, Akhmed Reza Fachlevi membenarkan parahnya ruas jalan pintas tersebut. "Saya sempat lewat jalan perusahaan itu. Mau tidak mau, mempersingkat waktu. Warga harus berterima kasih kepada perusahaan yang memperbolehkan jalurnya dipakai warga," kata Reza, sapaan akrabnya.

Politisi muda yang juga menjabat sebagai ketua harian KNPI Kaltim itu mengakui, kendaraan yang digunakan sempat kesulitan melintasi jalan pintas itu. "Kebetulan pas kondisi hujan. Mobil harus terseok-seok lewat jalan pintas," kata anggota Komisi II DPRD Kaltim ini.

Reza yang juga ketua Tunas Indonesia Raya (Tidar) Kaltim, anggota sayap kepemudaan Partai Gerindra ini mengatakan, perlu ada solusi permanen agar warga tidak terisolasi.

"Memang kasihan warga kalau sampai berputar jauh. Mudah-mudahan perusahaan yang ada di kawasan ini, berbaik hati membantu warga membuat akses jalan yang lebih layak. Sebab, kalau berharap perbaikan dari pemerintah, akan terkendala status lahan," pungkasnya. (*)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun