Terhitung mulai besok, saat Anda sedang mandi di kamar mandi sendiri di rumah, wajib pakai masker. Sebab, kamar mandi juga banyak kuman dan virusnya. Apalagi kamar mandi sering dipakai bergantian, sehingga tidak ada yang bisa menjamin kamar mandi di rumah bebas dari virus.
Tak hanya di kamar mandi, saat di tempat tidur, apalagi saat berdua dengan istri atau suami, juga wajib pakai masker. Siapa yang menjamin istri atau suami yang baru saja dari luar rumah, tidak membawa pulang virus. Bahkan ketika berhubungan 'intim' juga wajib pakai masker. Sementara tidak boleh dulu berciuman, karena rawan penularan virus.
Lho, kenapa aturannya sampai ngawur begitu? Ada apa sebenarnya? Ya, tulisan di atas adalah argumen saya pribadi, pendapat saya pribadi. Jelas, itu adalah bentuk kritik atas penegakan disiplin protokol kesehatan yang benar-benar tidak masuk akal. Sedang di dalam mobil, sendirian tidak ada siapa-siapa, masih diharuskan pakai masker. Apa itu tidak ngawur namanya.
Entah karena terlalu disiplin, atau sekadar menjalankan kewajiban asal bapak senang. Atau jangan-jangan petugas memang benar-benar tidak mau tahu kondisi sebenarnya. Pokoknya, asal tidak pakai masker, ya kena denda atau sanksi sosial. Sehingga di ruang privasi sendiri, tanpa orang lain pun wajib pakai masker. Jadi jangan salah kalau kemudian ada aturan di kamar mandi juga wajib pakai masker.
Wahai para pemimpin dan petugas yang sedang berjaga, mari bertanya pada nurani masing-masing. Sudah tepatkah hukuman yang diberikan kepada pengemudi mobil yang sedang sendirian itu? Apalagi kaca tertutup rapat, dan tidak melakukan aktivitas dengan kaca terbuka seperti misalnya sedang merokok.
Jangan-jangan, para petugas malah merasa bangga bisa menegakkan aturan tersebut, sehingga bisa mendapat predikat tegas. Tentu hanya mereka yang tahu. Apalagi saat menjalani sanksi, faktanya dalam proses pendataan malah ada kerumunan, yang jauh lebih rawan penularan, ketimbang mereka sedang di dalam kendaraan sendirian.
Covid19 harus diakui sangat sukses memporak-porandakan tatanan kehidupan di masyarakat. Semua sendi-sendi kehidupan dibuatnya babak belur. Tak hanya kesehatan, tapi sektor ekonomi, budaya, hingga kejiwaan juga diserang oleh virus maha mungil ini.
Jadi yang patut diingat, jangan sampai niat menghilangkan virus, berdampak pada kehilangan akal sehat. Semoga. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI