Wabah terjadi di seluruh dunia. Korban pun terus berjatuhan. Belum jelas kapan bisa dihentikan. Tak memandang kasta dan usia. Semua ditumbangkan oleh Corona. Tiba-tiba tersiar kabar dari Pulau Jawa.Â
Seorang perawat harus mengakhiri usianya, setelah sempat merawat pasien positif Corona. Yang lebih menyesakkan dada, jenazahnya ditolak oleh warga. Penolakan itu dipimpin ketua RT 6 Dusun Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang .
Sebagai rakyat biasa, saya hanya bisa bertanya. Apa agama warga itu? Adakah agama di dunia ini yang mengajarkan menolak jenazah? Kalau pun tidak beragama, terbuat dari apakah hati nuraninya? Logam, batu, kayu, kardus atau bahkan rongsokan? Atau jangan-jangan terbuat dari kotoran binatang?
Ketua RT 6 Dusun Sewakul yang memimpin langsung penolakan jenazah memang sudah meminta maaf. Tapi apalah artinya permintaan maaf itu. Bisa menghidupkan jenazah? Sang jenazah pun tak tahu apakah bisa mendengar atau tidak. Bagi ketua RT yang sebelumnya melakukan penolakan, apa tidak sebaiknya Anda mundur saja atau mengundurkan diri dari jabatan itu? Percuma saja menjadi ketua RT kalau tidak bisa mengayomi warga. Malah menjadi motor penggerak dalam membanci pasien Corona.
Kalau pun jenazah itu ditolak karena positif corona, tidakkah ada kebaikan selama almarhumah hidup selama ini? Apakah selama ini almarhumah memang penjahat atau bahkan perampok? Atau bahkan almarhumah seorang koruptor?
Bukankah koruptor kelas kakap saja masih dimakamkan dengan baik ketika sudah tiada. Padahal selama hidupnya sudah jelas-jelas ikut mengisap darah rakyat.
Sungguh, peristiwa kali ini membuat setiap orang tak mampu lagi berkata-kata. Kecuali hanya perasaan yang membuncah di dalam dada dengan mata berkaca-kaca.
Terakhir, hanya doa yang bisa terucap. Semoga sang perawat tergolong syahid dan mendapat balasan surga. Aamiin. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H