Disadari atau tidak, energi masa lalu yang terlampau besar hanya akan menguras energi kita setiap hari. Seseorang menjadi malas memikirkan masa depan, bahkan malas memikirkan diri sendiri. Hidup dengan masa lalu, sama halnya memikul beras satu karung di pundak. Bisa dibayangkan, beratnya hidup jika harus memikul beban yang cukup berat seperti itu.
Lantas, kalau beban itu bisa dibuang atau dilepaskan, kenapa harus terus dibawa? Tentu keputusan untuk melepas atau terus membawa beban itu, ada di tangan masing-masing. Karena faktanya, bagi sebagian orang, tak mudah untuk melepas masa lalu, walau sangat membebani.
"Enak saja disuruh melupakan. Sakit banget rasanya. Saya ngga rela, ngga ikhlas," begitu kira-kira kata mereka yang enggan 'move on' dari masa lalu. Sementara Anda menyimpan masa lalu yang menyakitkan, boleh jadi orang yang menjadi menyakitkan itu tetap hidup tenang dan bahagia.
Sementara Anda tersiksa dengan masa lalu, orang ini bahkan belum tentu ingat dengan Anda, dan mungkin sudah melupakan kejadiannya. Lalu, siapa sebenarnya yang mengalami kerugian?
Jadi, pilihannya sudah jelas. Buang masa lalu Anda, dan mulailah menata masa depan. Bisa dibayangkan jika semua penduduk Indonesia melepas masa lalunya, maka bangsa ini akan maju karena energinya sangat maksimal dan luar biasa.Â
Presiden Jokowi pun di momen spesial ini, baru saja menegaskan akan menjadikan ibu kota Jakarta sebagai masa lalu. Sebagai gantinya, Kalimantan akan dijadikan masa depan. Â
Bagaimana menurut Anda? Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H