Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Buruh, Saatnya Bersyukur

3 Mei 2019   22:41 Diperbarui: 3 Mei 2019   22:46 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai gambaran, seandainya ada orang tua yang memiliki dua anak. Satu suka meminta dan satu lagi tidak pernah meminta apa-apa. Umumnya orang tua justru sayang kepada anaknya yang tidak pernah meminta dan merepotkan orang tuanya. Anak yang suka meminta umumnya suka menuntut ini dan itu, dan akhirnya sering juga membuat orang tua mengomel. Berbeda dengan anak yang tidak banyak menuntut dan bersyukur dengan apa yang ada, umumnya orang tua diam-diam justru memberikan lebih banyak.

Dari sisi teknologi pikiran, bersyukur ini berhubungan dengan perasaan nyaman dan bahagia. Jika seseorang selalu bahagia atau selalu bersyukur, maka otak akan menyemburkan hormon endorphin, hormon yang sangat penting untuk memperbaiki sel-sel tubuh rusak sehingga terbentuk sel baru yang lebih sehat. Itulah kenapa, mereka yang selalu bersyukur dan selalu bahagia, tubuhnya selalu sehat dan tampak awet muda. Inner beauty alias aura wajahnya terpancar lebih cerah dan bercahaya. Ini terjadi karena hormon kebahagiaan selalu disemburkan oleh otak ke seluruh tubuh.

Sebaliknya, mereka yang selalu menuntut dan meminta, bahkan berburuk sangka kepada Allah, tentu yang disemburkan adalah hormon stress. Hormon ini justru akan lebih cepat merusak sel-sel tubuh, sehingga fungsi tubuh akan terus menurun hingga akhirnya mudah sakit dan membuat seseorang kurang bersemangat dan malas melakukan sesuatu.

Apa yang dipikirkan akan selalu direspons pada tubuh. Maka mari selalu berprasangka baik kepada Allah, kepada Sang Maha Kuasa, agar hidup selalu terasa nyaman dan bahagia. Semua manusia sudah ditakdirkan untuk sukses, namun dikondisikan untuk gagal. Kondisi gagal inilah yang dimaksudkan agar setiap individu bisa belajar bagaimana mengatasinya. Sebab sejatinya, tidak ada yang namanya gagal, yang ada hanyalah hasil dan pembelajaran.

Bagaimana menurut Anda? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun