Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dongkol dengan Suami? Sebaiknya Lakukan Ini

28 Januari 2019   22:15 Diperbarui: 28 Januari 2019   22:16 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum lama ini, saya jumpa dengan sahabat lama. Awalnya hanya bicara santai, namun tak lama kemudian merembet ke urusan pekerjaannya di kantor. Ya, dia mengaku sangat tidak nyaman di kantor karena sikap atasannya.

"Bos saya itu suka marah, ngga jelas. Saya ngga tahu apa-apa pun kena marah. Sebel pokoknya. Saya mau pindah dari tempat itu," ujarnya dengan wajah serius. Seluruh tubuhnya menunjukkan respons yang sangat tidak nyaman ketika menceritakan atasannya itu.

Saya terus menyimak semua keluhannya, dan semua 'dosa' bosnya itu menurut versi dan sudut pandangnya. Pokoknya, apa pun yang dilakukan bosnya tidak ada yang benar.

Setelah menceritakan semuanya, saya pun menawarkan untuk dibantu menggunakan teknik terbaik ciptaan guru saya, Adi W. Gunawan. Saya menggunakan The Heart Technique (THT) untuk membantu menetralisir perasaan tidak nyamannya terhadap atasannya itu.

Rasa sebel yang awalnya di angka maksimal, turun ke angka 7, kemudian turun di angka 2, hingga kemudian nol, alias benar-benar netral. Bahkan, dia langsung tertawa lepas, dan menyadari kekeliruannya sendiri. Bahwa selama ini, justru dia yang merasa salah.

Sahabat ini saya minta lagi untuk membayangkan atasannya. Kembali dia langsung tertawa dan merasa lucu membayangkan atasannya yang sedang marah-marah.

"Iya ya? Kok aneh? Malah lucu rasanya. Wah, ternyata selama ini saya yang salah. Memendam perasaan yang justru merugikan diri sendiri," ucapnya dengan wajah semringah.

Dia pun mengakhiri pertemuan itu dengan wajah baru, sangat ceria. "Besok kerja pasti beda, bisa senyum terus seharian," katanya.

Sahabat semua yang luar biasa, adakah yang pernah mengalami atau merasakan seperti kisah di atas? Lantas, apa yang sudah dilakukan untuk menetralisir semua perasaan tidak nyaman itu?

Selalu ada saja yang mengalami hal serupa di atas. Umumnya, hanya bisa diam, memendam, kemudian merugikan diri sendiri karena menyimpan semua emosi dan energi tidak nyaman. Ada pula yang kemudian memilih keluar atau pindah mencari pekerjaan lain. Pertanyaannya, apakah ketika pindah kerja di tempat lain, suasana kerjanya sudah pasti nyaman? Apakah pimpinan atau atasan yang baru dijamin sesuai harapan?

Sahabat, kita tidak pernah bisa mengubah orang lain. Bahkan sampai dunia berhenti berputar, tidak ada yang bisa mengubah orang lain. Yang bisa dilakukan adalah ubah diri sendiri. Kalau diri sendiri sudah berubah, maka apa pun yang terjadi pada orang lain, tidak akan berpengaruh pada diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun