Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini yang Dialami Lisa akibat Ulah Dosen Cabul

3 November 2017   17:30 Diperbarui: 3 November 2017   18:20 1944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali pernah menuliskan artikelnya terkait sistem pendidikan yang menghukum, ketimbang mendukung. Tulisan itu sempay menyulut munculnya trauma salah satu sahabat.

"Endro, postingan kamu di FB betul sekali. Aku jadi ingat waktu kuliah. Saat menyusun skripsi, dosen pembimbing yang laki-laki, soal metodologi penelitian, mempersulit aku. Bahkan aku sempat dilecehkan secara seksual, sudah begitu pakai diancam segala. Itu kasus terberat buatku.

Sampai hari ini, aku ngga mau ambil skripsiku, toh aku sudah diwisuda. Aku malas disuruh minta tanda tangan dosen cabul itu. Lihat mukanya saja aku ingin bunuh dia. Parahnya lagi, waktu aku lapor rektor, dia ngga percaya. Katanya dia dosen tamu yang punya kredibilitas dan pintar, ngga mungkin berbuat kalau tidak digoda.

Kebayang kan? Sudah jadi korban, aku pula yang dituduh menggoda. Itu kasus pelecehan seksual dan tekanan batin paling parah yang aku alami, karena dosennya berulang-ulang melakukannya. Aku heran, padahal dia sudah minta maaf, tapi kenapa dia ulang terus menerus. Maaf, baca posting-an kamu, jadi kaya putar film di otak."

Sahabat, saya sengaja share apa yang dia sampaikan, bukan bermaksud untuk memperkuat traumanya. Karena untuk sementara, saya sudah bantu untuk menekan emosinya, sebelum akhirnya dibereskan secara tuntas melalui sesi terapi. Saya yakin, masih ada wanita lain yang mengalami kejadian sama dengan sahabat saya ini, sebut saja namanya Lisa. Tentu ini bukan nama sebenarnya.

Ini sengaja saya sampaikan, demi kemajuan dunia pendidikan di Tanah Air. Haruskah para siswa hingga mahasiswa, terenggut masa depannya hanya karena ulah oknum pendidik yang tidak mampu menahan hawa nafsunya. Luka batin yang dialami korban pelecehan seksual, akan terbawa hingga puluhan tahun, selama tidak diatasi secara permanen.

Terbukti, sahabat saya ini sudah memiliki keluarga dan sudah punya anak. Namun dengan sedikit pemicu saja, trauma dan luka batinnya langsung muncul seketika. Disadari atau tidak, trauma inilah yang kemudian akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Bahkan, impian akan terhambat karena ada energi negatif di masa lalu yang sangat mengganggu.

Sebelumnya, sahabat saya ini memastikan, dia sudah melupakan dan menutup rapat-rapat kasus ini. Namun seketika muncul kembali, bahkan seolah kembali mengalami hal yang sama saat sekarang. Itulah cara kerja pikiran bawah sadar. Dia tidak kenal masa lalu atau masa depan. Yang dia rasakan adalah saat ini, sekarang.

Itu sebabnya, jangan abaikan trauma masa lalu. Pastikan trauma dan luka batin di masa lalu itu benar-benar sudah diatasi dan ditangani dengan tuntas. Sehingga ketika mendengar kejadian yang sama atau mirip dengan kejadian di masa lalu, emosi yang terkandung di dalamnya sudah netral, atau tidak berpengaruh sedikit pun. Demikianlah kenyataannya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun