"Saya dianggap sombong sama rekan saya," ujarnya masih di kedalaman yang presisi. Padahal klien merasa dirinya biasa saja, tidak seperti yang disebutkan rekannya. Kejadian lain adalah ketika dia diejek oleh teman sekolahnya SMA, seorang wanita, sebut saja Diana. Oleh Diana, Hasan diejek sebagai anak miskin.
Namun, dua kejadian di atas merupakan peristiwa yang memperkuat trauma yang ia alami. Sebab ternyata, akar masalah sesungguhnya adalah ketika Hasan masih berusia 12 tahun, diejek oleh teman wanitanya. Sebut saja namanya Raisa.
"Dia memang cantik, kaya artis," ujar Hasan. Namun wanita inilah yang menjadi penyebab awal menjadi mengalami fobia sosial.
"Saya dikata-katain pendek dan gendut," ujarnya.
Setelah akar masalah ini berhasil diketahui, klien kemudian dibimbing untuk menjalani proses terapi guna menetralisir trauma yang ada di pikiran bawah sadarnya. Setelah proses pencabutan akar masalah ini tuntas, klien pun merasa lega dan plong.
Proses terapi tuntas, klien benar-benar merasa lega dan nyaman. Kemarin, setelah satu minggu, klien menghubungi saya melalui telepon dan mengabarkan dirinya berangsur-angsur nyaman.
"Meski di tempat yang ramai, saya sudah mulai bisa mengatasi keadaan," katanya. Rasa percaya dirinya pun kembali pulih, sehingga mampu menjalani pekerjaannya dengan nyaman.
Demikianlah kenyataannya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H