Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Copas Ucapan Lebaran, Ngga Malu Sama Afi Nihaya?

25 Juni 2017   23:26 Diperbarui: 25 Juni 2017   23:31 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu Ramadan berakhir, seketika kalimat Selamat Idulfitri dan saling bermaafan, bertebaran di media maya. Yang unik, meski pengirimnya berbeda-beda, ada untaian kata dan kalimat yang sama, bertebaran silih berganti. Entah siapa yang membuatnya pertama kali. Yang jelas, kalimat itu sudah barang tentu hasil copy paste alias copas sana sini. Memang, ini hanya kalimat bermaafan, tapi bukankah tetap saja namanya menjiplak?

Jika sebelumnya banyak yang mengenal metode ATM alias amati, tiru, modifikasi, namun kini yang terjadi adalah ATS alias ambil, tiru, seutuhnya. Sekali lagi, memang untaian kata dan kalimat itu tidak jelas siapa pemiliknya dan siapa pembuatnya pertama kali. Sebab bagi pembuatnya, tentu patut berbangga karena hasil karyanya menjadi viral karena digunakan banyak orang. Tapi ini hanya kebanggaan semu, karena memang publik tidak mengenal si pembuatnya.

Saya lantas teringat dengan Afi Nihaya, remaja yang sempat dihujat habis-habisan karena tulisan yang sempat dipuja hingga membawanya ke istana negara, nyatanya merupakan hasil copas dari media sosial. Lantas, kenapa di hari yang suci ini, aktivitas copas itu dianggap lumrah?

Mereka yang kini copas kalimat ucapan saling bermaafan, apa ngga malu dengan Afi? Jelas tidak malu wong pelakunya pasti sudah punya begitu banyak rangkaian kata dan kalimat untuk membantah dan menyangkalnya.

Namun, inilah seninya hidup di zaman yang serba digital. Hujatan dan pujian bisa berganti seketika dalam sekejap mata . Seketika disanjung, seketika juga bisa ditenggelamkan ke lubang berlumpur penuh kotoran.

Selebritas yang muncul di media sosial, umurnya memang tidak pernah panjang dan lama. Begitu banyak orang yang populer di media sosial, seketika juga bisa lenyap tak berbekas. Tanpa kapasitas yang jelas dan mumpuni, kepopuleran itu hanya akan menjadi popularitas semu belaka.

Poin dari tulisan ini sebenarnya adalah, perlunya melakukan telaah dan menyimak segala hal dengan jelas, barulah berkomentar. Sementara yang umumnya terjadi, orang terkadang hanya membaca judulnya, tanpa melihat isinya. Semua informasi langsung ditelan, tanpa dikunyah terlebih dahulu.

Demikianlah kenyataanya. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun