Jika terus menerus seperti ini, maka jangan heran jika EP agama pun lama-lama bisa lemah. Kenapa? Karena merasa kehadirannya tidak dianggap atau tidak dibutuhkan. Atau bisa saja kehadirannya hanya diperlukan pada waktu tertentu. Misalnya ketika ada musibah atau masalah, ada EP yang sedang sedih, meminta agar EP agama kembali aktif memberikan dukungan moral kepada individu tersebut. Â Â
Ini pula yang menyebabkan mereka yang taat beragama, apa pun agamanya, terkadang masih terjerumus perbuatan korupsi atau maksiat lainnya. Karena bagian yang beragama, berbeda dengan EP yang memegang urusan maksiat atau kejahatan lainnya.
Coba buktikan, ketika Anda ingin melakukan tindak kejahatan, pasti ada yang mengingatkan agar tidak melakukannya bukan? Boleh jadi itu adalah EP agama yang mengingatkan. Lantas kenapa masih dilakukan? Karena EP yang melakukan kejahatan lebih dominan dan mendapat dukungan bagian diri yang lain. Akibatnya EP yang mengurusi agama kalah suara dan membiarkan kejahatan kembali terjadi.
Maka, sudah sangat tepat jika dalam Kitab Suci Alquran disebutkan agar umatnya beragama secara kaffah, secara menyeluruh. Jangan sepotong-sepotong atau setengah-setengah.
Apa pun agama Anda, ajak seluruh bagian diri untuk beragama secara menyeluruh dan diterima oleh semuanya. Sehingga, saat EP agama sedang memegang kendali, maka semuanya memberikan dukungan dan menyetujui keputusan dari EP agama itu.
Bahkan bila perlu, berikan porsi yang lebih besar kepada EP agama untuk memegang kendali diri Anda, namun tetap proporsional. Sebab, agama pun mengajarkan keseimbangan antara kehidupan Anda di dunia dengan kehidupan kelak.
Bagaimana menurut Anda? (*) Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H