Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Orang Percaya Kanjeng Dimas?

1 Oktober 2016   10:02 Diperbarui: 1 Oktober 2016   17:03 2427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kanjeng Dimas ditangkap. megapolitan.kompas.com

Ada yang bilang, ini karena faktor ekonomi. Kemiskinan dianggap menjadi penyebab orang tidak rasional dan mudah terkena bujuk rayu. Tentu saja pendapat itu bisa dipatahkan. Faktanya, salah satu pengikut Kanjeng Dimas dari Makassar, menyetor uang tak kurang dari Rp 300 miliar. Pengikutnya itu kini sudah meninggal, sebelum mendapat apa yang dijanjikan oleh guru spiritualnya itu. Status sosial, nyatanya tidak serta merta menunjukkan tingkat kesadaran dan kematangan berpikir berpikir seseorang.

Lantas apa penyebabnya? Di kelas Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy (SECH) yang pernah saya ikuti di Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology (AWGI), saya belajar tentang ego personality (EP) alias bagian diri. Nah, setiap orang tentu memiliki banyak bagian diri di dalamnya. Boleh jadi, mereka yang mudah tergiur dengan penggandaan uang dan sejenisnya adalah seseorang yang memiliki bagian diri yang serakah. Setiap orang, pasti punya keinginan untuk memiliki sesuatu. Tapi keinginan yang berlebihan dan menjurus serakah tak terkendali inilah yang membuat orang mudah tergiur tipu daya.

Keserakahan inilah yang kemudian menyebabkan benteng pertahanan pada pikiran bawah sadar terbuka lebar. Karena pagar pembatas pikiran bawah sadar sudah terbuka, maka tidak lagi mengenal baik dan buruk, pahala dan dosa, atau surga dan neraka. Apa pun yang ditanamkan ke pikiran bawah sadar, akan diterima dan dijalankan sepenuhnya.

Itu sebabnya, jangan heran jika mereka-mereka yang serakah, tidak lagi menggunakan hati nurani. Bagian dirinya yang bijaksana dikalahkan oleh keserakahan yang terus berkuasa. Apa pun akan dilakukan, yang penting keinginannya bisa dicapai dengan mudah.

Belajar dari kasus ini, benteng paling kokoh adalah kembali berpikir rasional dilandasi keyakinan dan keimanan pada agama yang sebenar-benarnya. Disadari atau tidak, banyaknya perdebatan soal agama, adanya kelompok yang saling klaim bahwa kelompok mereka paling benar, justru membuat keyakinan dan keimanan seseorang terganggu. 

Jika ini terus terjadi, maka ini menjadi celah munculnya guru-guru spiritual baru, yang akan memanfaatkan situasi tersebut. Maka lihat saja nanti, akan ada Kanjeng Dimas lainnya yang juga akan muncul dengan versi lain dan tipu daya yang berbeda. Demikianlah kenyataannya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun