Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

“Utang Ngga Bayar, Tapi Gaya Hidupnya Selangit”

28 Agustus 2016   20:14 Diperbarui: 29 Agustus 2016   02:06 1520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu, seorang kawan menjumpai saya. Dia merasa jengkel dengan dirinya sendiri, bahkan merasa bahwa dirinya sangat bodoh. Apa pasalnya? “Lah saya ini nagih uang saya sendiri. Kok malah saya dimarah-marahi, dimaki-maki. Salah saya apa? Saya cuma minta uang saya sendiri loh. Dulu waktu pinjam uang bukan main memohon dan mengiba. Giliran ditagih, lebih galak dari saya,” ucapnya.

Sebelumnya, sang peminjam itu sudah berjanji akan mengembalikan dalam waktu 1 bulan. “Tapi ini sudah enam bulan, bahkan sudah lewat. Yang bikin saya semakin jengkel, di media sosial gayanya selangit, sok kaya. Tapi utang ngga mau bayar,” sambungnya lagi dengan nafas yang semakin berat.

Wajar kawan saya ini sulit mengendalikan emosinya. Meski berkecukupan dan sebelumnya bisa meminjamkan uang, namun nyatanya saat ini dia sedang butuh uang. “Saya lagi butuh untuk biaya pendidikan anak saya,” ulasnya.

Ada yang pernah mengalami kondisi seperti ini? Terus apa yang harus dilakukan? Jawaban atas kasus ini bisa beragam, tergantung sudut pandang masing-masing. Namun yang jelas, jika gara-gara hal ini kemudian sikap yang muncul adalah negatif, maka Anda semakin merugi. Sudah utang ngga dibayar, uring-uringan pula.

Lantas, bagaimana cara menghadapinya? Saya membantu kawan saya ini menetralisir emosinya. Semua perasaan tidak nyaman tersebut, dikuras dan dibuang sampai tuntas. Tak hanya itu, ada akar masalah lain yang juga berhasil ditemukan dalam proses tersebut.

Hasilnya, kawan saya ini merasa lega dan nyaman. Dia yakin, ada banyak cara dalam menghadapi kesulitan. Ternyata benar, usai ketemu saya, dia bercerita, mendapat bonus dari tempatnya bekerja, sehingga bisa membayar biaya pendidikan anaknya. Selain itu, suami dari si peminjam uang, datang meminta maaf dan berjanji akan melunasi utang istrinya dalam tempo cepat.

Rupanya, istrinya pinjam uang ke kawan saya tanpa sepengetahuan suaminya. Karena itu sang suami juga marah besar. Hanya karena memenuhi gaya hidup, sehingga istrinya sampai berani pinjam ke kawan saya tadi.

Bagi yang merasa punya utang, ada baiknya segera selesaikan. Jangan sampai gara-gara utang itu, magnet rezeki Anda lemah, sehingga sulit menarik impian-impian yang diharapkan.

Bagaimana menurut Anda?  (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun