Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bisnis Sering Gagal? Jangan-jangan Anda Punya Utang

22 Juli 2016   17:58 Diperbarui: 22 Juli 2016   18:52 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: evernotefundamentals.com

Bisnis dan utang, ternyata merupakan dua hal yang saling berkaitan. Faktanya, tak sedikit mereka yang punya utang, tapi kemudian lupa atau pura-pura lupa sehingga dianggap lenyap begitu saja. Pikiran sadar mungkin sudah melupakan utang itu. Belum tentu dengan pikiran bawah sadar. Karena hardisk alias pikiran bawah sadar diri Anda, menyimpan semua memori utang itu, dan bisa-bisa utang yang belum terbayar ini menjadi virus yang menghambat sistem kemajuan Anda.

Seperti klien saya, sebut saja namanya Anggrek. Wanita ini sudah sejak 11 tahun lalu mencoba merintis berbagai bisnis. Terakhir, dia datang ke tempat praktik sedang menekuni bisnis berjaringan. Kalkulasinya jelas. Berbagai usaha untuk meningkatkan omzet juga sudah dilakukan. Berbagai seminar juga sudah khatam. Namun, setiap kali bisnisnya mau berkembang, selalu saja datang masalah yang tiba-tiba menggerus omzet bisnisnya.

Secara fisik, dia tidak merasakan apa-apa. Dalam formulir, tidak ada sakit fisik yang dirasakan. Semua emosi juga stabil. Karena itu, Anggrek merasa bingung dengan kondisi dirinya sendiri yang selalu gagal dalam menekuni bisnis. Apalagi sebagai single parent, dia harus berjuang maksimal demi menghidupi beberapa buah hatinya.

Klien bersedia saya bimbing untuk masuk ke kondisi relaksasi pikiran yang dalam dan menyenangkan. Ini adalah salah satu cara yang efektif untuk melakukan konfirmasi ke dalam diri klien. Jika di pikiran sadar tidak ditemukan jawaban, maka pikiran bawah sadar biasanya menyimpan semua data dengan jelas dan nyata.

Setelah berada di kedalaman pikiran bawah sadar yang presisi, saya pun mencoba berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar klien yang mengurusi soal bisnis. Ternyata, ada data penting yang muncul. Pikiran bawah sadar sengaja melakukan sabotase terhadap bisnis klien setiap kali dalam posisi menanjak.

Ternyata, ketika baru bercerai dengan suaminya, wanita ini sempat meminjam uang dengan tetangganya untuk membeli beras di warung dekat rumah. Pinjaman ini sempat dibayar, namun tidak utuh, melainkan masih kurang Rp 10 ribu. Si tetangga memang sudah menyampaikan tidak masalah, ketika membayar dan masih kurang, namun di sinilah pikiran bawah sadar klien mulai merasa tidak nyaman. Selain pinjaman dengan tetangga ini, masih ada beberapa pinjaman lain yang terungkap dengan jelas.

Pikiran bawah sadar mengaku sudah lupa. Meski nilai pinjamannya tidak seberapa dibanding omzet bisnis yang saat ini ia geluti, namun pikiran bawah sadar sudah membuat proteksi. Rasa bersalah karena belum membayar pinjaman akhirnya tumbuh di pikiran bawah sadarnya. Hal inilah yang menghambat kemajuan Anggrek.

Restrukturisasi dan negosiasi pun dilakukan. Dalam kondisi trance, klien saya minta buka mata, kemudian saya berikan kertas dan pensil untuk mencatat semua pinjaman yang belum dibayar. Setelah semua dicatat, wanita ini saya bimbing kembali masuk ke kondisi kedalaman pikiran. Klien berjanji membayar semua pinjaman, dan pikiran bawah sadar pun bersedia menghentikan sabotase yang sempat dilakukan.

Proses selesai, klien mengaku merasa lega dan plong. Saat klien dibawa naik dari kedalaman pikiran bawah sadar, wanita ini tak menyangka dia masih punya beberapa pinjaman yang belum selesai. Bahkan nilainya boleh dibilang tak terlalu besar.

Dua hari lalu, klien ini mengaku sudah melunasi semua pinjamannya sehari setelah terapi. Setelah itu, semua bisnisnya lancar. Bahkan, posisinya di dalam bisnis berjaringan, dalam waktu satu bulan langsung naik dua level. Demikianlah kenyataannya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun