Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Muda dan Pengusaha Kaya

27 Februari 2016   23:00 Diperbarui: 4 April 2017   16:49 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Hai anak muda. Engkau ke mana saja? Kami semua merasa kehilangan. Kenapa engkau jarang pulang ke desa ini,” tanya salah satu penduduk desa yang selama ini dikenal sebagai tokoh di desa itu.

“Saya baik-baik saja, Pak. Saya sibuk bekerja di kota, sehingga jarang pulang,” kata anak muda ini tersenyum.

“Lalu, kenapa engkau tidak pernah lagi membagikan sembako untuk kami,” tanya sang tokoh desa itu.

“Oh, soal sembako itu? Begini bapak dan ibu sekalian. Saya tidak mungkin lagi membagikan sembako itu setiap Minggu seperti dulu. Sebab, yang menyuruh membagikan sembako itu sudah meninggal. Saya bekerja di perusahaan beliau di kota. Selama ini saya memang ditugaskan untuk membagikan sembako itu,” ucap anak muda ini.

“Memangnya siapa orang itu?” tanya penduduk desa lainnya penasaran.

“Beliau adalah penduduk desa ini. Beliau lah yang selama ini dikenal kaya, tapi ramah dan murah senyum. Beliau tidak mau sedekahnya diketahui orang lain, sehingga saya lah yang ditugaskan membagikan sembako itu,” kata anak muda ini sembari tersenyum.

Mendengar jawaban itu, seketika penduduk desa terkejut, sekaligus menyesali kebencian yang sudah diarahkan pada pria pengusaha itu. Semua sudah terlambat. Iri dan dengki serta hasutan sudah membuat penduduk desa ini dibelenggu energi negatif.
Sahabat, iri dengki memang terkadang menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Coba cek perasaan Anda, bagaimana rasa di hati ketika melihat orang lain sukses, berlimpah harta dan hidup bahagia?

Umumnya, ada tiga response yang muncul. Pertama ikut merasa bahagia, kedua biasa saja alias netral, dan ketiga ada perasaan yang mengganjal atau tidak nyaman. Ingat ya, yang diperlukan adalah jawaban yang muncul dari hati yang paling dalam. Bukan jawaban dari mulut yang terkadang menipu atau tidak sesuai dengan nurani. Terkadang, di mulut mengatakan ikut bahagia melihat orang lain sukses. Namun jauh di dalam hati, ada perasaan tidak nyaman yaitu iri dengki.

Menurut pakar teknologi pikiran ternama di Indonesia, Adi W. Gunawan, perasaan iri dan dengki inilah yang akan menjadi penghambat dalam meraih sukses. Kenapa? Disadari atau tidak, iri dengki ini mengandung muatan emosi negatif. Selalu sadari perasaan di dalam hati Anda. Begitu ada perasaan tidak nyaman muncul, ganti dengan doa agar orang itu menjadi lebih sukses lagi.

Adi W. Gunawan menyampaikan, turut merasakan kebahagiaan dan keberhasilan orang lain, akan mengubah energi negatif di dalam diri Anda menjadi lebih positif. Apalagi salah satu faktor utama penghambat sukses adalah perasaan iri dan dengki yang merupakan energi negatif sangat besar. Mereka yang suka iri dan sulit sukses itu biasanya disebut SMS. Susah Melihat orang Senang, Senang Melihat orang Susah.

Pendiri Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology itu menjelaskan, secara pikiran sadar semua orang pasti ingin sukses. Namun di sisi lain, saat melihat orang sukses melebihi Anda dan Anda merasa iri dengki, berarti Anda tidak suka atau benci dengan sukses yang diraih orang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun