Kurikulum Merdeka adalah berkah, anugerah, dan kabar gembira bagi masyarakat Indonesia. Mengapa? Sebab, meski terlambat, Kurikulum Merdeka tampak terlihat memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.
Hal itu terbukti dari kebijakan-kebijakan Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi, Republik Indonesia (Kemendikbudristek) yang selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik, yang juga berdampak secara langsung pada kepentingan masyarakat, terutama para peserta didik dan guru.
Bayangkan, sesuatu yang dulu dianggap tabu dan seolah tak tersentuh oleh dunia pendidikan, kini menjadi dekat dan bahkan menjadi sahabat bagi para peserta didik dan guru.
Contoh konkretnya adalah dengan dibentuknya, pertama, Kurikulum Merdeka, sebuah kurikulum yang menghadirkan pembelajaran interaktif antara guru dan peserta didik, dan kedua, disediakannya platform Merdeka Belajar, di mana guru dan murid dapat belajar secara maksimal dan menyenangkan dari media yang bisa diakses kapan dan di mana saja ketika butuh. Jelas, ini sangat memudahkan keduanya. Sehingga, jarak dan biaya bukan lagi menjadi halangan dalam menuntut ilmu. Semua orang, dengan kondisi ekonomi apa pun bisa dengan mudah mengakses ilmu. Jadi, tampaknya istilah “yang bisa sekolah itu hanya yang berduit, karena suangat mahal”, itu kini sudah tak relevan lagi.
Juga, dikarenakan Kurikulum Merdeka ini dirasa asyik, khususnya bagi para guru dan murid, maka wajar saja kalau antusiasme satuan pendidikan terhadap Kurikulum Merdeka pun begitu tinggi dan masif. Tidak kurang dari 258.000 satuan pendidikan telah mengimplementasikan Merdeka Belajar per Maret 2023 ini. Seperti yang disampaikan Pak Haris Rizal Denggo, seorang guru Sekolah Dasar dari Konawe, Sulawesi Tenggara, yang juga memberikan tanggapannya tentang Kurikulum Merdeka : “Saya ingin murid-murid saya mendapatkan peluang yang seluas-luasnya untuk mendapatkan keinginan (cita-cita).”
Maka, tingginya angka ini jelas menjadi bukti juga, bahwa Kurikulum Merdeka bukan hanya menjadi berkah dan kabar gembira bagi para guru dan murid, tapi juga bagi semua pihak, termasuk para orangtua. Ini menjadi semacam circle baru, di mana ketika sekolah memberikan sebuah payung atau rumah yang nyaman bagi kegiatan sekolah bagi anak-anak, maka orangtua murid dipastikan akan menyambut baik dan sekaligus mendukung penuh atas kegiatan tersebut. Sehingga, tercipta suatu lingkungan yang nyaman dan bersahabat. Kalau sudah nyaman, proses pembelajaran pun akan semakin baik.
Oleh karena itu, cepat atau lambat, melalui Kurikulum Merdeka ini, wajah pendidikan di Indonesia akan segera berubah. Lembaga pendidikan yang dulu dianggap memiliki sistem yang kaku, kini lebih menyenangkan dan mengasyikkan, khususnya bagi para peserta didik dan guru. Karena, Kurikulum Merdeka dapat mengakomodasi semua gaya belajar yang beragam, mulai dari yang formalistik sampai dengan yang unik.
Maka, saya menduga dan sekaligus berharap bahwa, melalui Kurikulum Merdeka ini, kelak akan mampu menghasilkan output pendidikan yang lebih berkualitas, yang dinamis, yang sesuai dengan dinamika zaman. Juga, peserta didik akan mampu beradaptasi dan sekaligus bersaing dengan lingkungan sosial, baik lingkup nasional maupun global.
Pun dalam dunia ekonomi. Saya berkeyakinan bahwa, kelak peserta didik akan bisa mengisi pos-pos yang dibutuhkan oleh pasar lokal maupun global, mulai dari start up, profesional, industri, UMKM, industri kreatif, dan lain sebagainya. Sehingga, dapat mengatasi kesenjangan yang selama ini dirasakan oleh sebagian besar output pendidikan bangsa kita. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H