Mohon tunggu...
Endrita Agung
Endrita Agung Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Untuk Indonesia yang lebih baik.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sempol, Jajanan Baru di Malang yang Rasanya Nampol

7 April 2016   17:58 Diperbarui: 7 April 2016   18:16 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jajanan yang menjadi primadona baru di Kota Malang."][/caption]

Ini kali kedua, istri bawain jajanan Sempol buat nyemil sore. Sungguh, sebuah godaan perut yang takbisa dihindari... Jujur, kalo saya sendiri mengenal jajanan goreng ini masih sekitar sebulan kemarin. Tepatnya pas lagi bubaran sholat Jum’at di masjid Jami Kota Malang. Cukup banyak pedagang Sempol ini bertebaran di sepanjang lajan di seputaran Alun-alun Merdeka Malang. Penasaran, karena selalu dikerubutin pembeli yang tidak hanya dari usia anak-anak dan juga karena bentuknya yang tidak lazim menurut saya. Bahkan dikala ngantri Sempol, saya terpaksa melepaskan status”tua” saya untuk sekedar berdesak-desakaan dengan anak-anak kecil, demi setusuk “Sempol”.

Bisa di bilang tak lazim, olahan ayam ini dililitkan pada batang bambu yang serupa tusuk sate namun dengan ukuran 3X lebih besar dan panjang, dan mungkin inilah ciri khas jajanan pinggir jalan ini. Biar bisa di bedakan dengan jajanan lain seperti tempura dan cilok. Eh, ngomongin soal cilok.... Ternyata banyak juga para penjual cilok ini beralih menjual Sempol lho. Selain rasa yang lebih enak, jajanan ini juga lagi booming, sehingga membawa keuntungan lebih bagi penjualnya.

Ada banyak versi olahan Sempol, ini yang perlu diperhatikan bagi orang yang punya pantangan makanan tertentu (seperti saya) Karena bahan utama Sempol berbeda-beda mulai dari berbahan utama olahan ayam, bisa juga menggunakan olahan ikan, atau daging sapi. Karena saya tidak begitu suka olahan ikan, jadi saya musti tanya dulu ke penjualnya, sempolnya pakai ikan atau ayam/daging. Dari 3 macam bahan utama tersebut dicampuran dengan tepung terigu dan tepung sagu beserta bumbu-bumbu pelengkap lannya. Dari olahan tersebut kemudian dililitkan di batang bambu dan di kukus setengah matang.

Kukusan Sempol yang masih setengah matang inilah yang kemudian dibawa pedagang keliling menggunakan kendaraan (rata-rata menggunakan sepeda motor). Setelah ada pembeli, barulah kudapan ini digoreng. Menggorengnyapun juga masih setengah matang, setelah itu di celupkan dulu kedalam kocokan telur, baru di goreng lagi sampai matang.

Sempol dinikmati bersama dengan lumuran saus, saus ini pun juga tidak ada yang baku, tergantung penjualnya. Ada yang menggunakan saus sambal, olahan saus seperti umumnya cilok, saus tomat dengan campuran kecap, dan ada juga yang menggunakan saus kacang.

Entah dimana lahirnya si Sempol ini, jika di Malang kota, kehadiran sempol ini baru terasa 2-3 bulan terakhir, menurut beberapa cerita dari temen, makanan Sempol ini sudah lama dijumpai di daerah Gondanglegi. Mungkinkah jajanan ini memang berasal dari Gondanglegi? Entahlah, karena setiap kali saya ketemu si Sempol, dia ga pernah bawa KTP apalagi akta lahir.

[caption caption="Habitat dari penjual Sempol ini sudah merajalela di setiap sudut kota Malang."]

[/caption]

Niatnya mau mengakhiri tulisan, eh, ternyata masih ada yang nanya..... “Berapa harga sempol di pasaran?”  Rata-rata sih dijual di kisaran harga 500 rupiah / tusuknya. Itu Harga Eceran Terendahnya yaaa...., kalo ada yang jual di bawah itu, coba ditanyain dulu ke penjualnya, dia pakai bahan apa?
 Lha, kalo lebih mahal? Paling mahal sih yang saya tau 2 ribu rupiah untuk 3 tusuk sempol, itu pun karena menggunakan bahan daging sapi. Nah, murah kan?

Biarpun murah dan lagi ngehits, ada baiknya selalu berhati-hati dengan jajanan kaki lima. Pilih penjual yang terpercaya dan sudah bersertifikat. Emang ada sertifikatnya? He he he..... Atau kalo mau yang lebih aman dan sehat, bisa di coba untuk bikin sendiri. Siapa tau punya resep yang lebih maknyuusss...., trus bisa di jajakan sendiri.
 :D

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun