Minggu pagi 16 Februari 2014 Pukul 05.30 mumpung hari libur, setelah kemarin, rencananya hari ini saya dan teman-teman akan menggalang dana di beberapa tempat di jalan raya Kota Malang untuk pengungsi Kelud gagal karena beberapa hal. Tekad saya untuk “merasakan” Kelud terlanjur besar, jadi yah…, musti gimana lagi?! Akhirnya bergegas juga saya bersepeda motor menuju arah Batu. Rencananya mau melihat sedekat mungkin dengan Gunung Kelud.
Perjalanan awal, dari kota Malang menuju Batu, masih tidak begitu terasa abu dari letusan Kelud, pun begitu udara sudah terasa “berbeda”, sehingga membuat saya terpaksa menggunakan masker.
[caption id="attachment_295920" align="aligncenter" width="614" caption="Terlihat kendaraan sudah mulai terselimuti abu vulkanik melintas di Jl. May.jend Panjaitan-Malang"][/caption]
Sesampainya di Alun-alun Batu, ternyata bencana letusan gunung Kelud ini juga berdampak dengan tidak diadakannya Car Free Day yang biasa digelar setiap hari minggu di Alun-alun Batu. Pagi ini tampak begitu lengang, hanya ada beberapa pejalan kaki dan anak-anak yang sedang bermain sepak bola di pelataran Masjid Agung An-Nuur Kota Batu. Di kota Batu sendiri saya melihat sudah ada beberapa titik pengungsian korban bencana, salah satu yang terbesar yaitu di Gedung kesenian Kota Batu. Terlihat di sana belum terlalu ada aktivitas yang terlihat, karena mungkin masih cukup pagi.
Pukul 7.30 saya sudah tiba di Jl. Abd Manan Wijaya, terlihat abu sudah mulai menyelimuti jalanan. Harus ekstrawaspada, karena di jalan liku dan berkelok ini kendaraan seperti sepeda motor akan lebih mudah tergelincir. [caption id="attachment_295921" align="aligncenter" width="614" caption="Melintas dijalanan berliku dan menurun, harus dengan ekstra hati-hati"][/caption] Akibat hujan abu vulkanik ini aktivitas warga di pasar sayur Dewi Sri - Pujon pun terganggu, masih banyak kios dan toko-toko yang masih tutup. [caption id="attachment_295922" align="aligncenter" width="614" caption="Keadaan desa Mulyorejo dilihat dari atas. Terlihat abu vulkanik yang belum sempat dibersihkan dari atap-atap rumah warga."][/caption] Kekhawatiran saya dengan masih ditutupnya akses jalan Pujon - Kediri ternyata terbantahkan sudah. Meskipun masih tertutup abu tebal, namun akses jalan sudah bisa dilalui oleh kendaraan. Hanya memang beberapa bagian jalan yang rusak dan longsor masih tetap diberlakukan sistem buka-tutup untuk mengantisipasi kemacetan di beberapa jalan yang rusak. [caption id="attachment_295923" align="aligncenter" width="614" caption="Separuh badan jalan hilang dan hampir putus diterjang derasnya aliran sungai."][/caption] Sepanjang perjalanan saya sedikit banyak menemukan beberapa warga yang baru kembali dari pengungsian untuk sekedar menengok rumah dan memberi makan ternak-ternaknya. [caption id="attachment_295924" align="aligncenter" width="614" caption="Beberapa warga yang melintasi jalan yang tergerus ini harus kembali dari pengungsian untuk menengok rumah, ternak dan kebunnya."][/caption] Di posko-posko pengungsian tampak beberapa relawan sudah mulai sibuk, ada yang sedang mengangkut logistik untuk disalurkan ke posko-posko lain yang terpencil, ada juga yang mempersiapkan makan pagi untuk para pengungsi. Karena sudah jam 8, saya putuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan yang berdebu ini... Sesampainya di Jl. Raya Ngantang saya berhenti sebentar, saya menemukan sesuatu yang unik di sana. Tampak rumah-rumah warga masih tertutup dan terkunci, hampir tidak ada aktivitas di sana, saya menemukan sebuah bedak kecil berisi ketela ungu dan buah waluh yang tertutup abu. Seakan keadaannya tetap seperti itu saat di tinggal pemiliknya. [caption id="attachment_295926" align="aligncenter" width="614" caption="Dagangan yang ditinggal mengungsi tergeletak begitu saja, sehingga tertutup abu vulkanik Gunung Kelud."][/caption] Sesampainnya di "Pusat kota" Ngantang beberapa aktivitas warga sudah mulai tampak. Rata-rata warga sudah mulai membersihkan rumah-rumahnya dari debu vulkanik, ada juga yang membersihkan kendaraannya, dan jalan-jalan di depan rumah masing-masing. [caption id="attachment_295927" align="aligncenter" width="614" caption="Meski sudah di siram dan di bersihkan dari tengah jalan, abu masih terasa pekat."][/caption] Jalan raya sepertinya menjadi hal utama yang harus dikerjakan, mengingat seringnya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan karena abu vulkanik, selain itu juga untuk menghindari abu vulkanik yang beterbangan (hujan abu hanya terjadi pada hari Jumat saja) banyak juga warga yang menyiram jalan, sebelum akhirnya dikeruk. [caption id="attachment_295931" align="aligncenter" width="614" caption="Ratusan personel TNI dari kesatuan Kostrad 502 membersihkan jalan raya jalur Malang tujuan Kediri"][/caption] [caption id="attachment_295932" align="aligncenter" width="614" caption="Alat beratpun diturunkan untuk membersihkan jalan tujuan Malang - Kediri."][/caption] Pukul 9.30 saya sudah semakin dekat dengan lokasi gunung Kelud, indikasinya saya sudah menemukan ukuran abu vulkanik yang lebih besar dari sebelumnya. Dan tentunya semakin ramai jalanan karena aktivitas semakin padat di sini. Banyak berlalu lalang kendaraan-kendaraan besar TNI, mobil-mobil bantuan, juga tak ketinggalan kendaraan dari BASARNAS, semakin membuat pekatnya udara bercampur abu vulkanik. [caption id="attachment_295933" align="aligncenter" width="576" caption="Bantuan dari TNI yang terus berdatangan"][/caption] [caption id="attachment_295934" align="aligncenter" width="614" caption="Memasuki desa Ngancar, aktifitas semakin padat"][/caption] Di sini semakin banyak saya menemukan rumah-rumah warga yang rusak, mulai dari genting, pagar hingga atap yang roboh. [caption id="attachment_295935" align="aligncenter" width="614" caption="Atap rumah warga yang roboh karena tidak kuat menyangga tumpukan abu vulkanik dari Gunung Kelud."][/caption] Sejauh mata memandang pun semakin banyak hamparan pasir yang menutupi kebun-kebun warga, jagung, tomat, lombok dan buah nanas terancam gagal panen. Padahal ada beberapa yang seharusnya sudah masuk masa panen. Saya beruntung, karena masih cukup pagi. saya bisa dengan tanpa hambatan (bisa dibilang hadangan petugas) sampai ke gerbang utama pintu masuk kawasan wisata Gunung Kelud, atau kurang-lebih 5-10 km dari Gunung Kelud. [caption id="attachment_295937" align="aligncenter" width="614" caption="Ukuran batu yang turut menghujani rumah warga di sekitar kaki Gunung Kelud."][/caption] [caption id="attachment_295938" align="aligncenter" width="614" caption="Gazebo yang ada di kawasan wisata Gunung Kelud, atapnya hancur karena hempasan material Gunung Kelud."][/caption] Ternyata saya tidak sendiri di sana, sudah ada beberapa crew dari stasiun TV swasta nasional yang berkumpul untuk melaporkan keadaan terkini dari Gunung Kelud. [caption id="attachment_295939" align="aligncenter" width="614" caption="beberapa crew stasiun TV yang stand by di pelataran parkir wisata Gunung Kelud."][/caption] Tidak hanya itu, beberapa warga dan relawan "ngelencer" sebentar di sana hanya untuk berfoto-foto. Bahkan ada juga yang memang bener-bener wisatawan di sana! Saya menemukan dua orang wisatawan asing yang berjalan masuk kawasan terlarang dari sebelah kanan gerbang wisata Gunung Kelud. [caption id="attachment_295941" align="aligncenter" width="328" caption="Tampak dua wisatawan asing yang sedang berjalan di jalan setapak menuju lokasi letusan Gunung Kelud."][/caption] [caption id="attachment_295940" align="aligncenter" width="614" caption="Terlihat seorang relawan yang melintasi Gedung Teater untuk mengambil foto."][/caption] Sayang tujuan utama saya ke sana, untuk melihat secara langsung "wajah" Gunung Kelud setelah erupsi gagal. Karena masih pekatnya abu dan awan yang menyelimuti Kelud. [caption id="attachment_295942" align="aligncenter" width="614" caption="Gunung Kelud yang tidak terlihat karena tertutup awan tebal."][/caption] Tepat pukul 11 siang, rombongan TNI dari Batalyon Infanteri 521 Kediri datang di Gerbang utama Gunung Kelud. [caption id="attachment_295944" align="aligncenter" width="614" caption="Tercatat lebih dari 5.000 Personel TNI yang diturunkan untuk membantu proses efakuasi dan membersihkan abu vulkanik."][/caption] Mereka didatangkan untuk membersihkan abu Vulkanik yang menyelimuti hampir seluruh jalan yang ada di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kediri. [caption id="attachment_295945" align="aligncenter" width="614" caption="Begitu turun dari kendaraan, para anggota TNI ini langsung membersihkan jalan."][/caption] Setelah kurang lebih 1 jam saya berada di sana, saatnya saya melanjutkan perjalanan untuk pulang. Hari ini hampir sebagian besar kegiatan yang berarti adalah bersih-bersih! Ya, hari ini semua bahu-membahu untuk membersihkan jalan, baik oleh anggota TNI maupun oleh masyarakat sekitar. it's Cleaning day..! Begitu juga saat saya perjalanan pulang, hampir di setiap ruas jalan Ngantang, warga mulai bergotong-royong membersihkan jalan dengan menyemprotkan air ke jalan. [caption id="attachment_295948" align="aligncenter" width="614" caption="Pengendara melintasi warga yang sedang membersihkan jalan."][/caption] Hari ini benar-benar semuanya bersih-bersih, bahkan alam pun bersih -bersih dengan caranya sendiri dengan menurunkan air hujan. Sayangnya itu membuat posisi saya sedikit tidak beruntung. Sekitar pukul 13.00, dari wilayah Gunung kelud sampai wilayah kecamatan Ngantang diguyur hujan yang lumayan deras. Sehingga membuat abu yang bercampur air ini berubah menjadi longsoran lumpur, Licin Extrem! [caption id="attachment_295949" align="aligncenter" width="614" caption="Foto terakhir yang saya ambil, sebelum hujan benar-benar lebat. Sehingga memaksa saya untuk memasukkan kamera kedalam ransel dan dibungkus mantel."][/caption] Saya harus benar-benar ekstrahati-hati, tercatat hampir 10 kali saya terpeleset dan hampir jatuh saat berada di kawasan Ngantang-Pujon-Batu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H