Mohon tunggu...
Endri  Prasetyo
Endri Prasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis (Khazanah Islam, Ekonomi dan Sastra)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menggapai Jannah melalui Harta yang Berkah

27 Juni 2021   20:40 Diperbarui: 2 Juli 2021   06:58 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Pemakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat kelak dalam keadaan seperti orang gila yang tercekik.”

Betapa beratnya siksa pemakan riba di akhirat. Namun, masih saja ada sebagian umat yang mengerjakannya. Bahkan, bunga dijadikan acuan untuk menunjang ekonomi di dunia ini.  Dan inilah yang menjadikan orang-orang bersikap rakus terhadap harta, seperti halnya orang yang kesurupan. Ia akan berbuat semena-mena karena tak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Selain itu, orang yang mencari rizki dari harta yang haram, maka Allah akan menolak doa-doanya. Di zaman Rasulullah, ada seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya, sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo'a: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari sumber yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah mungkin akan dikabulkan doa orang seperti itu.

Mengapa orang itu tidak dikabulkan doanya?

Padahal, bila kita cermati, di antara terkabulnya doa adalah orang yang sedang berpergian atau musafir, orang yang berdoa sambil mengangkat tangannya, dan orang yang berdoa sambil menyembutnya nama Allah dengan suara yang lembut. Kisah orang di atas, telah memenuhi kriteria dikambulkannya doa. Namun, dikarenakan ia memakan harta yang haram, maka Allah enggan mengabulkan doannya.

Bila harta diperoleh dengan cara yang haram, maka Allah mencabut keberkahan dari harta tersebut. Karena bagi seorang muslim, bukan banyaknya harta yang dimilkinya, melainkan seberapa banyak keberkahan yang terdapat pada harta itu.

Berkah terambil dari bahasa arab, yang mana asal kata ini terdiri dari tiga huruf, yaitu ba-ra-ka (برك) lalu kata ini mengambil perubahan menjadi barakah (بركة) , yang mana maknanya juga berubah. Dalam kitab al-Munjid fil Lughah dijelaskan bahwa kata barakah adalah bertambahnya kebaikan, ketenangan, dan pembersihan. Jadi, dari sini bisa disimpulkan bahwa orang yang mendapatkan rizkinya secara berkah, maka ia akan mendapatkan kebaikan dan ketenangan dalam hidup, sekalipun harta yang dimiliki tidak banyak dan hanya cukup untuk kebutuhannya sehari-hari saja.

Harta yang berkah bukan hanya menjadikan kehidupan seseorang tenang dan nyaman. Tapi lebih dari itu, seseorang akan memperoleh kenikmatan yang tak terhingga kelak di akhirat, yaitu berupa surga. Karena di antara ciri-ciri penghuni surga adalah ia selalu berusaha menjauhi apa yang telah Allah haramkan di dunia dan mengerjakan apa yang telah diperintahkan-Nya. Dan jannah adalah balasan bagi seseorang yang semasa hidup mencari harta yang berkah dan halal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun