Satu Dusun Waringin Harjo Desa Agom 20 Terserang DBD
LAMPUNG SELATAN – Terkait keluhan pelayanan kesehatan masyarakat Dusun Waringin Harjo Desa Agom, Kalianda yang mengancam akan membakar Puskesmas setempat akibat lambatnya merespon agar memberikan pengasapan atau fogging fokus, ditanggapi dingin oleh dinas instansi terkait.
Saat dikonfirmasi, Kepala Puskesmas Way Urang Kecamatan Kalianda Eka Riantinawati SKM., M.Kes., mengatakan pihaknya belum dapat memastikan warga desa Agom tersebut terjangkit DBD, jika belum ada surat keterangan atau diagnosa dokter dari rumah sakit yang meyatakan pasien positif menderita DBD.
Dari laporan Puskesmas Pembantu (Pustu) di desa setempat, memang pada saat ini ada satu orang yang menderita panas (atas nama Ibu Muji), sedang dirawat di rumah sakit umum Kalianda.
”Hingga kini, kami belum menerima surat keterangan dari Rumah Sakit, karena hal tersebut kami belum dapat mengambil tindakan, jika benar terjangkit DBD, kami pastikan akan melakukan fogging,” ujarnya pada Editor, kemarin.
Lebih jauh ia menjelaskan, di Desa Agom pada bulan puasa terdapat 2 orang warga yang terjangkit DBD. Bukan 20 orang sebagaimana diberitakan Editor, kemarin.
"Sebetulnya. jika melihat dari kriteria atau aturan fogging, apabila di daerah itu terdapat penderita DBD dan di sekelilingya, sekitar 100 m, kiri kanan, depan dan belakang ada 2 orang yang menderita baru kami melakukan fongging. Syaratnya ada surat dari rumah sakit yang meyatakan DBD, kami langsung melaksanakan," terang Eka.
Sementara itu, A. Rodhi seketaris Dinas Kesehatan (Diskes) Lampung Selatan didampinggi Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Masyarakat (P2M), Endang Suparman SKM.,MKes., mengatakan, menangapi hal tersebut, pihaknya dan tim akan turun ke lapangan guna melakukan investigasi data di desa tersebut.
”Dari data tersebut, kami akan melakukan tindakan pemberantasan nyamuk dengan melaukan fogging, serta pemberian bubuk nabate untuk membunuh jentik nyamuk dan kami akan mensosialisasi kepada masyarakat tentang DBD,” ujarnya
Ia berharap kepada masyarakat Desa Agom dan umumnya masyarakat di Lampung Selatan agar berpola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Terpisah, Kabag Humas dan Protokol Drs. Edy Firnandi, M.SI,. menghimbau agar warga tidak mudah terpancing dan terprovokasi, menanggapi tuntutan warga yang ingin membakar Puskesmas Way Urang. Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan tindakan yang narkis yang meyebabkan perusakan fasilitas umum.
Warga diharapkan melaporkan kejadian tersebut kepada Kepala Desa dan Pemkab agar segera bisa direspon.
“Jika masyarakat telah melapor ke Puskes dan tidak ditanggapi, warga dapat melaporkanya kepada saya atau Pemkab, dari laporan tersebut kami langsung menyampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk dapat melakukan fogging secepatnya,“ kata Kabag Humas Pemkab Lamsel.
Ancam Bakar Puskesmas
Sebelumnya, diberitakan Editor, kesal dengan ulah dan pelayanan kesehatan, warga dusun Waringin Harjo Desa Agom mengancam akan membakar Puskesmas di Kecamatan Kalianda, Selasa (4/9). Pasalnya, sudah lebih 20 orang yang terkena DBD (demam berdarah dengue) dalam satu dusun, yang diduga akibat banyaknya jentik nyamuk aides aygepti itu, meski sudah dilaporkan ke Dinas Kesehatan melalui Puskesmas, tetapi tidak direspon.
Supardi (42) warga dusun Waringin Harjo, mengatakan, kesal akibat tak ada upaya dari dinas terkait meski sudah lebih 20 orang terserang DBD. "Kalau sampai ada yang ninggal gara- gara DBD, saya sudah lapor dan disepelekan, kami akan ramai- ramai bakar Puskesmas Kalianda," tegasnya.
Bayangkan, lanjutnya, kami sudah lapor dan siap membayar berapa pun biayanya agar difogging fokus. "Bukanya direspon, justru kami dipersulit," katanya.
Padahal, untuk obatnya, warga Dusun Waringin Harjo sudah iuran untuk membelinya. "Kami sudah beli obatnya Rp.1,5 juta tapi hanya untuk minjam alat penyemprotnya saja luar biasa repot. Kemarin saya ke Puskesmas Kalianda, dibilang harus ngumpulkan bukti dokter semua warga yang terkena DBD, minta rekomendasi Kadus dan Kades, lha birokrasi macam apa ini?!" tukasnya dengan kesal.
Bisa dibayangkan, terangnya, jika kami harus mengumpulkan semua syarat itu. "Itu pun harus menunggu waktu apakah alatnya ada apa tidak, keburu mati warga sini."
Senada, Abdurohman (34) yang juga tokoh pemuda setempat menegaskan. "Saya, dan sekitar 12 orang baru saja seminggu ini sembuh dari DBD, " ujarnya.
Lebih lanjut, dirinya mengaku selama lima hari terbaring dan hanya bisa pasrah. "Kami berharap tidak muluk- muluk, hanya disemprot atau fogging, sementara obat sampai kami iuran untuk membelinya, kenapa harus dipersulit?" ujarnya.
Ini, terangnya, membuktikan ada atau tidak adanya pemerintahan saat ini, sama saja. "Tidak ada gunanya bagi masyarakat," tukasnya.
Lihat saja, terangnya, jika seminggu ini tak ada respon dari dinas terkait. "Kami akan membuktikan omongan ini," pungkasnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H