25 Oktober bersamaan dengan tahun baru Hijriah yang berarti juga tanggal merah, aku dan temanku jalan-jalan ke Bogor, suatu kota yang tidak terlalu jauh dengan kota domisili kami, Jakarta Timur. Kali ini tujuan kami jelas, Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat di daerah Parung Bogor dan siangnya akan lanjut ke Kebun Raya Bogor.
Dari malam sebelum berangkat kami sudah sangat heboh mempersiapkan perlengkapan, dari yang penting sampai yang engga terlalu penting, kamera, batere kamera, air minum, permen, payung, kacamata minus, kacamata hitam, HP, powerbank, tissue kering, tissue basah, bedak, lipstik, handbody, sabun muka, sabun badan, semua lengkap masuk ke tas ransel kami.Lengkap.
Jam 9 pagi kami janjian di terminal Rawamangun yang sedang diperbaiki, syukurlah APTB jurusan Bubulak sudah menanti kami. Kami pun bergegas naik, ternyata penuh, jadi kami berdua dapat singgasana di samping pak Sopir, duduk bersila seperti orang tahlilan. Engga apa, justru yang tak terduga iniah seninya :).
Kejutan masih berlanjut, saat kami merasa cara duduk kami unik, akupun iseng mengeluarkan kamera, lumayan juga buat selfi untuk lucu-lucuan. Loh, kok engga bisa, perasaan baterenya full, kenapa kameraku tidak bisa bekerja dengan sebagaimana mestinya? Ah, dari perlengkapan yang sangat matang itu aku justru lupa memasukkan kembali memori kamera yang pasti saat itu masih terpasang di laptop. Bete mulai merasuk, tapi masih menenangkan diri, toh temenku juga bawa kamera dan aku masih bisa foto-foto pakai HP. Tapi tetep aja rasanya ada yang mengganjal.
Sabtu yang indah tersebut ternyata banyak sekali orang yang mengarah ke Bogor, hasilnya kami terjebak macet yang lumayan panjang. Posisi duduk bersila kami pun sudah bikin kami resah, kaki kesemutan, badan pegal, kepanasan karena kita tepat di balik kaca depan. Belum lagi perut yang minta haknya untuk diisi. Seharusnya kami turun dari APTB di perempatan Yasmin, tapi karena sudah tidak tahan lagi kami memutuskan turun di Jogja Supermarket Bogor. Lumayan 3 jam kami terkurung di APTB dan tak bisa tahan lagi, kami mesti makan.
Sehabis makan siang, kami berjalan-jalan sebentar, dan alhamdulillah ada yang menjual memori kamera, jadi sekalian beli.
Hari semakin siang, sudah hampir jam 1 siang,kami pun kembali melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkot ke perempatan Yasmin dan lanjut lagi dengan angkot menuju Parung. Penumpang satu angkot, seorang Ibu, memberikan kami petunjuk dimana nanti kami harus turun, karena kebetulan Ibu itu juga turun di tempat yang sama, yaitu di PWRI/TPU Giri Tama.
Dari tempat kami turun, Ibu itu menyarankan kami melanjutkan dengan menggunakan ojeg, menurutnya kalau naik ojeg engga terlalu jauh,ongkosnya 5000-6000, tapi kalau jalan kaki lumayanlah. Dan aku memutuskan untuk jalan kaki karena di otakku berfikir dengan ongkos segitu ya berarti memang dekat, sekalian menikmati jalan di alam yang masih sepi walau di bawah matahari yang menyengat. Lama kami melangkah tak sampai-sampai juga, waktu berjumpa anak kecil usia SD kami sempat bertanya, "Vihara masih jauh dek," dan dia jawab, "udah dekat Teh." Semangat kembali membara. Tapi tetep engga sampai-sampai juga. Kami pun mulai lelah. Syukurlah, di dekat tikungan ada penjual kelapa muda. Kami pun nongkrong dulu sambil minum kelapa muda yang sangat segar. Kami pun sempat bertanya dengan teteh penjual kelapa muda, apakah Vihara masih jauh, dan si Teteh menjawab wah masih 3 menit lagi. Walah udah dekat dong, kami pun bersemangat lagi untuk melanjutkan perjalanan. Dengan 3 menit harusnya Vihara segede itu udah nampak, tapi kok engga yah. hahahha.3 menit itu kan jarak antara kosku dan kantor bila engga pakai nyebrang. Ternyata 15 menit kemudian kami baru bisa melihat gerbang Vihara, yes kami sampai.
Setelah bertanya dengan seseorang yang berseragam kaos merah, kami memasuki salah satu gerbang Vihara, begitu masuk kami disambut dengan bangunan seperti di candi Borobudur. Kamipun foto-foto. Saat foto-foto kami dihampiri oleh pria berbadan langsing berkulit putih, beliau menyapa kami dengan ramah, menanyakan asal kami, menanyakan tujuan kami datang ke Vihara. Waktu kami bilang mau foto-foto, beliau yang bernama .... Senjaya itu mempersilakan kami, beliau pun memberi tahu dimana letak kamar kecil bila kami membutuhkan. Beliau hanya berpesan untuk melepas sepatu saat memasuki tempat sembahyang yang disana terbaring Buddha Tidur dengan panjanng 18m dan tinggi 3m.
Satu yang kami ingat, saat berfoto dengan patung Buddha, jangan sampai kami membelakangi sebagai bentuk penghormatan terhadap kepercayaan umat yang lain.
Di samping kanan kiri ada lemari kaca yang sangat besar, di dalamnya banyak patung Buddha dalam ukuran kecil yang setiap patungnya ada namanya. Mungkin itu nama para jemaat yah.
Setelah ambil foto, kami menyempatkan diri untuk minum di warung depan, aku engga nyangka kalau ada Vihara di tempat yang lumayan panas, biasanya Vihara ada di bagian atas dengan angin yang sepoi-sepoi. Mungkin agar mudah dijangkau oleh masyarakat ya, jadi terletak di dalam kampung seperti ini, tapi masih untung ada pohon-pohon yang sedikit menyejukkan kami.
Sejenak aku berfikir, bila patung sebesar ini teretak di Thailand atau Sri Lanka, maka akan banyak orang di luar negeri itu yang tahu, tapi apabila patung sebesar ini ada di Bogor, mungkinkan orang luar negeri akan tau? Hmmm, padahal dari aku mencoba ngobrol dengan orang Bogor sendiri mereka masih ada yang tidak tau tentang keberadaan patung ini. Sedih.
Kami pun pulang mengingat hari sudah sore, langsung pulang ke Jakarta, karena sudah tidak sempat lagi ke Kebun Raya Bogor, pulangnya kami memutuskan naik ojeg hehehe. kapok jalan kaki. Kami pun naik di dua ojeg yang terpisah dengan waktu tempuh yang jauh berbeda, karena begitu aku naik aku langsung kotbah dulu kalau aku takut naik motor, apalagi pakai rok begini, jadi jangan ngebut ya mas, dan bla bla bla. Dan mas yang baik itu pun menuruti kata-kataku, mengantarku dengan laju yang sangat pelan hahahhaha. Orang Bogor emang baik baik deh.
[caption id="attachment_350081" align="alignnone" width="300" caption=""][/caption]
[caption id="attachment_350082" align="alignnone" width="300" caption=""]
[caption id="attachment_350083" align="alignnone" width="300" caption=""]
[caption id="attachment_350085" align="alignnone" width="300" caption=""]
[caption id="attachment_350086" align="alignnone" width="300" caption=""]
[caption id="attachment_350087" align="alignnone" width="300" caption=""]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H