Profesi Guru yang Profesional: Membangun Profesionalisme di Wilayah Perbatasan
(E.Firmansah)
Profesi guru adalah salah satu pilar penting dalam pembangunan bangsa. Guru berperan dalam membentuk karakter dan kecerdasan generasi penerus. Namun, di berbagai daerah, terutama di wilayah perbatasan, profesi ini sering kali diisi oleh individu yang tidak memiliki latar belakang pendidikan formal yang memadai. Banyak dari mereka hanya lulusan SMA atau bahkan bukan dari jurusan keguruan. Artikel ini bertujuan untuk membahas bagaimana membangun profesionalisme guru di tengah kondisi tersebut, dengan membandingkan situasi ini dengan ketentuan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun 2005.
Kondisi Guru di Wilayah Perbatasan
- Tantangan Kualifikasi Pendidikan
Di wilayah perbatasan, tantangan utama dalam dunia pendidikan adalah kualifikasi guru. Banyak guru yang mengajar tanpa latar belakang pendidikan formal yang relevan. Beberapa dari mereka bahkan hanya lulusan SMA (Sekolah Menengah Atas). Hal ini disebabkan oleh keterbatasan akses terhadap pendidikan tinggi di daerah tersebut, serta kurangnya minat para lulusan perguruan tinggi untuk mengajar di wilayah terpencil.Â
Dalam hal ini pemerintah sudah sangat baik membantu dengan pengadaan guru SM3T atau Sarjana Mengajar di daerah 3 T (Tertinggal, Terluar, Terdalam) dan dampaknya sangat dirasakan di daerah perbatasan, sekalipun waktu pengabdian masih relative singkat. Selain itu pengadaan Guru Garis Depan (GGD) yang menjadi program pemerintah pusat juga sangat membantu dan perlu untuk terus ditingkatkan.
- Motivasi Mengabdi
Motivasi individu untuk menjadi guru di perbatasan sering kali didorong oleh rasa pengabdian. Banyak dari mereka yang mengajar bukan karena faktor ekonomi semata, melainkan karena panggilan hati untuk berkontribusi bagi masyarakat. Mereka menyadari bahwa kehadiran mereka sangat dibutuhkan karena sedikit guru yang tahan menetap tinggal di perbatasan dengan segala tantangan yang dihadapinya. Pengabdian ini menjadi kekuatan utama yang mendorong mereka untuk terus berjuang meskipun dengan segala keterbatasan.
- Kesejahteraan dan Gaji Rendah
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi guru di wilayah perbatasan adalah rendahnya gaji. Banyak guru di daerah ini menerima gaji yang jauh di bawah upah minimum. Kondisi ini jelas tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan dapat mempengaruhi motivasi serta kinerja mereka sebagai pendidik. Hal ini dimungkinkan karena kebutuhan pokok diperbatasan juga sangat tinggi.
Membangun Profesionalisme Guru
- Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan
Salah satu cara untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan. Pemerintah perlu menyediakan program pelatihan yang intensif dan berkelanjutan untuk guru-guru di wilayah perbatasan. Program ini bisa mencakup berbagai aspek, mulai dari metode pengajaran, manajemen kelas, hingga penggunaan teknologi dalam pendidikan. Dengan pelatihan yang tepat, guru-guru ini dapat terus mengembangkan diri dan meningkatkan kompetensi mereka.
- Sertifikasi Guru
Proses sertifikasi guru adalah langkah penting dalam memastikan kualitas pendidikan. Sertifikasi tidak hanya mengakui kompetensi profesional seorang guru, tetapi juga mendorong mereka untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Bagi guru yang bukan lulusan sarjana keguruan, pemerintah bisa menyediakan jalur khusus untuk memperoleh sertifikasi melalui program pelatihan dan ujian kompetensi. Sertifikasi ini akan memberikan pengakuan resmi atas kompetensi mereka, sekaligus meningkatkan kredibilitas di mata siswa dan masyarakat.
- Insentif dan Tunjangan