Mohon tunggu...
Endi Biaro
Endi Biaro Mohon Tunggu... profesional -

Penikmat Buku

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Buku Putih Palsu tentang BBM

19 November 2014   03:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:27 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi penulisan buku putih rata-rata bersemangat pembelaan. Mengajukan klarifikasi informasi. Seraya menghadirkan counter opini. Posisi yang diambil adalah defensif ---untuk mempertahankan klaim kebenaran dari pihak yang merasa diserang.

Ciri menonjol dari penulisan buku putih (versi apapun) adalah konsistensi, keteguhan sikap, dan mati-matian meyakini kebenaran versi penulis. Spirit intelektual yang lahir adalah soal eksistensi, yakni urusan kehormatan dan harga diri.

Olehnya, rata-rata penerbitan buku putih beredar dalam konteks sejarah, ketokohan, dan politik kekuasaan.

Khalayak pembaca buku putih otomatis memperoleh pengayaan pengetahuan. Juga mendapatkan alternatif sudut pandang atas isu tertentu. Dengan buku putih, pembaca bebas melakukan afirmasi (peneguhan) atas fakta-fakta tertentu. Intinya, buku putih selalu menjanjikan pencerdasan dan pencerahan baru.

Belakangan, tradisi yang bagus atas kelahiran pelbagai buku putih ini mendapatkan interupsi ---sedikit gangguan.

Berawal dari PDI Perjuangan. Dulu, partai moncong putih ini menerbitkan buku putih yang menolak kenaikan BBM. Isinya adalah pembeberan argumentasi, pemaparan fakta, dan rekomendasi tunggal untuk menolak kenaikan BBM.

Saat itu, buku putih BBM versi PDI Perjuangan ini bernilai otentik. Maksudnya memiliki spirit intelektual untuk menghadrikan fakta tandingan dan wacana alternatif. Isinya juga lumayan memberi perspektifbaru. Membuka wacana argumentatif bagi pihak-pihak yang menolak kenaikan BBM.

Namun hari ini, nilai otentik Buku Putih itu runtuh. Musababnya: melawan basis nalar atas hadirnya buku-buku putih, yakni tidak konsisten, menabrak klaim kebenaran yang pernah diungkapkan, sekaligus juga mengambil posisi yang sama dengan pihak yang dulu mereka serang.

Sulit untuk memperoleh kepastian (kebenaran) dari buku putih versi PDI P. Lantaran memutar posisi 180 derajat. Sebelumnya klarifikasi, lalu dibalik menjadi konfirmasi. Dulu interogasi (mempertanyakan), kini menjadi afirmasi (pengakuan). Awalnya adalah melawan, kini malah menawan...

Sebutan paling pantas untuk Buku Putih BBM versi PDI Perjuangan adalah buku putih palsu. Sebab memuat fakta dan wacana yang manipulatif, hanya membela kepentingan sesaat, dan tidak diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.

Kalaupun hari ini lahir versi baru (revisi) atas buku putih BBM dari PDI Perjuangan, maka derajatnya akan sama saja. Kosong dari spirit perjuangan, nihil atas nilai-nilai membela kehormatan, miskin daya-daya intelektualitas yang pro kebenaran, dan sekedar publikasi kampanye belaka.

Intinya: tak akan hadir manfaat apapun dari buku putih tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun