[caption id="attachment_159159" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi: google.co.id"][/caption] Banyak kisahhuman interest yang tersembunyi di kawasan perbatasan Kalimantan Barat-Malaysia, luput dari perhatian pembuat kebijakan. Hanya yang bombastis seperti pencaplokan tapal batas yang biasanya diekspos besar-besaran sampai ke tingkat nasional. Sebuah program bernama Border Blogger Movement (BBM) digagas oleh para bloger dan wartawan di Kalimantan Barat, diperuntukkan khusus bagi warga perbatasan. Melalui program ini, warga yang terpilih sebagai peserta akan dibekali dengan keterampilan jurnalisme kampung, adaptasi lokal dari model jurnalisme warga. Peserta juga diberikan materi mengenai fotografi dan video sederhana, serta pemanfaatan media social seperti web blog. Manajer Program BBM, AA Mering, Kamis (26/1/12) di Pontianak, mengatakan, program ini diberikan dalam bentuk beasiswa. Tapi beasiswa yang diberikan bukan dalam bentuk yang umumnya dipahami sebagai pemberian sejumlah dana pendidikan. “Beasiswa ini kami berikan dalam bentuk bantuan fasilitas modem dan pulsa gratis, mencetak buku tentang perbatasan, peningkatan kapasitas berupa kursus menulis, memotret, weblog, social media, secara offline maupun online. Selain itu juga memberi penghargaan bagi blogger terbaik dari perbatasan,” ujar Mering. Program ini diwujudkan bekerjasama dengan Ford Foundation melalui Cipta Media Bersama. Dari pelatihan yang digelar gratis bagi setiap peserta, diharapkan berbagai persoalan sederhana namun penting dan menarik yang terjadi di wilayah perbatasan, bisa dipublikasikan secara luas melalui blog. Dalam lima bulan periode program ini, para para peserta wajib menayangkan kisah-kisah, foto-foto, video, dan aneka peristiwa yang terjadi di perbatasan, ke blog masing-masing. Mering mengatakan, ada impian bahwa dalam beberapa bulan ke depan, tersedia referensi yang riil tentang perbatasan yang bisa diakses semua orang melalui internet. “Tentu bukan kisah-kisah bombastis, tetapi yang bersifat human interest dan bahkan terlewatkan oleh para bapak-ibu pejabat yang hanya berkunjung dalam kerangka formalitas belaka ke beranda yang terlupakan ini,” ujar Mering. Peserta program ini khusus bagi warga potensial yang berasal dari lima kabupaten di Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Sebagai langkah awal, proses sosialisasi telah dilakukan dengan Himpunan Mahasiswa Perbatasan Sekayam di Pontianak, Selasa (24/1/12). Ketua himpunan tersebut, Yana, mengungkapkan, program ini memberi kesempatan bagi dia dan anggotanya untuk semakin menambah ilmu. “Selama ini kami berfikir, apa yang bisa kami buat untuk kampung halaman di perbatasan sana. Program BBM ini memberi kami harapan,” ujarnya. Tim BBM segera memulai kegiatan perdana di Sanggau Ledo pada 28-29 Januari, bersama sejumlah peserta yang akan terlibat dalam program ini. Pelatihan akan digelar secara bergiliran di kabupaten-kabupaten lainnya yang berada di kawasan perbatasan. Di antara kriteria bagi calon peserta, berusia minimal 17 tahun atau sudah pernah menikah, bukan PNS, bisa mengoperasikan komputer dan hand phone, lebih disukai yang memiliki komputer atau laptopsendiri dan memiliki ketertarikan terhadap dunia tulis-menulis. SEVERIANUS ENDI Note: Dalam versinya masing-masing, tulisan ini juga ditayangkan di web JPNN di link ini, Pontianak Post edisi cetak dan portalnya di link ini, Media Indonesia di link ini, RRI stasiun Pontianak di link ini, portal Kalbar-Online di link ini, portal Tribun Pontianak di link ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H