[caption id="attachment_377764" align="aligncenter" width="320" caption="Si kecil dengan topi daunnya. Foto: Endi"][/caption]
HIDUP dekat dengan alam, seringkali terdengar klise dan tidak menarik. Saat ini, banyak orang mengaku cinta alam, tapi pada saat bersamaan selalu membuang sampah tidak pada tempatnya. Kontradiktif, kan?
Hidup di kota tidak melulu penuh suasana menggembirakan. Karena asalnya memang orang kampung, terkadang diperlukan keluangan waktu untuk sejenak refresing ke kampung halaman atau wilayah lain yang masih ada hutannya.
Dalam beberapa kesempatan berlibur ke kampung, selalu kucoba memperkenalkan alam kepada si kecil, melalui cara-cara yang bisa dipahaminya. Cara sederhana tentu dengan membuatkan mainan.
Suatu kali, si kecil tampak sangat senang dengan mainan baru yang menurut dia keren. Keren di sini belum tentu keren menurut ukuran orang kebanyakan.
Bagaimana tidak, mainan yang disebut keren itu hanya berupa sehelai daun lebar, kemudian ditekuk membentuk kerucut dan dikunci menggunakan lidi, sehingga menjadi sebuah topi. Dengan wajah gembira, topi itu dia kenakan dan asyiklah dia bermain-main.
Di lain waktu, saat berkunjung ke kebun karet kakeknya, kutemukan sejenis rotan besar menjuntai. Kulitnya yang berduri dibersihkan, sembari si kecil memandang kegiatan itu dengan takjub.
"Kok ada durinya ya..."
Dari rotan itu kuciptakan sebuah holahop, mainan berupa lingkaran besar. Dimainkan dengan cara memasang lingkaran itu di tengah-tengah tubuh, dan diputar dengan goyangan pinggul.
Mainan holahop yang terbuat dari plastik dan bisa dibongkar pasang banyak dijual di pusat perbelanjaan di kota besar. Tapi si kecil tak akan pernah tahu bagaimana proses membuatnya, karena semuanya urusan pabrik.
Di kebun karet ini, seuntai rotan yang harus dipotong dan dibersihkan dari durinya, bisa "disulap" menjadi holahop di depan matanya. Dia pun asyik bermain di tengah kerindangan pepohonan, sambil tertawa-tawa ceria.