Mohon tunggu...
Hanz Endi Pramana
Hanz Endi Pramana Mohon Tunggu... Freelancer - menulis seakan bagian dari masa lalu. akankan punah?

Lulusan Prodi Ilmu Komunikasi, Fisip, Atma Jaya Yogyakarta, mantan wartawan Tribun Pontianak (Kompas Gramedia), Kalimantan Barat. Mantan wartawan yang ingin tetap menulis. Email: endi.djenggoet@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kaya Mendadak Setelah Tertimpa Serpihan Satelit

22 September 2011   05:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:44 3489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_136646" align="aligncenter" width="680" caption="Upper Atmosphere Research Satellite (UARS), diluncurkan September 1991 menggunakan pesawat ulang alik Discovery./Admin (KOMPAS.com/NASA)"][/caption] Di sebuah serial komik Donald Bebek, yang saya baca sekitar belasan tahun yang lalu, ada satu kisah tentang keberuntungan yang diperoleh Untung. Ya, Untung, sepupunya Donald Bebek, yang seperti namanya, selalu mujur dalam hidupnya. Nasib yang bertolak belakang dengan Donald yang senantiasa dirundung sial dan malang. Itulah kisah yang mewarnai komik menarik produksi Walt Disney ini. Hari ini saya tiba-tiba teringat dengan komik yang saya baca di masa kanak-kanak saya itu. Seingat saya, dalam salah satu serial, dikisahkan rumah si Untung remuk dan rata tanah karena tertimpa serpihan satelit yang jatuh ke bumi. Orang sempat mengira Untung akan bangkrut dan jatuh miskin. Tapi tentu Walt Disney tidak konyol dengan mematikan begitu saja citra salah satu tokoh yang memperkuat posisi komiknya itu. Dikisahkan dalam gambar yang menarik dan atraktif, bahwa kemudian Untung tetap saja kaya, bahkan bertambah kaya. Apa pasal? Ternyata dia mendapat ganti rugi berlipat-lipat dari lembaga pemilik satelit itu. Dia tetap kaya, bahkan tambah kaya. Dalam kemalangan karena rumahnya remuk dihantam serpihan satelit, tetap saja keberutunungan menghampirinya. Oke, itu hanya cerita komik, bacaan yang sebenarnya tak hanya hiburan bagi anak-anak, tapi juga kalangan dewasa. Hari ini, saya membaca berita di portal televisi maupun situs online, bahwa dua hari lagi, bangkai satelit dari Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) akan jatuh di sebagian wilayah Indonesia. Ini hari Kamis (22/09/11), berarti dua hari lagi yakni Sabtu (24/9/11). Waduh, di mana lokasi jatuhnya nanti? Ternyata belum ada informasi akurat. Dari hasil googling dan mendengar serta membaca berita dari media massa, hanya disebutkan: "NASA memperkirakan dua hari lagi atau lusa bangkai satelit UARS akan jatuh ke bumi. Satelit tersebut sudah melintasi Indonesia dengan jarak 190 kilometer di atas permukaan Indonesia. Sekitar dua hari lagi UARS akan mencapai ketinggian 120 kilometer yang dianggap sebagai batas ketinggian kritis. Bangkai satelit akan mulai terbakar dan akan hancur menjadi beberapa bagian, dan dalam beberapa menit saja langsung jatuh tersebar beberapa ratus kilometer sepanjang lintasannya." Pertanyaannya: di mana lokasi yang diperkirakan akan "dijatuhi" bangai satelit itu? Apakah itu lahan kosong atau padat penduduk?LAPAN menyebutkan, kemungkinan jatuhnya bangkai satelit di laut atau hutan. Tapi, tetap saja itu merupakan prediksi yang bisa meleset. Satu informasi melegakan muncul dari LAPAN, bahwa benda tersebut tidak berbahaya jika jatuh ke bumi, karena tidak mengandung radio aktif. Tapi, total bobot-nya seberat 6 ton. Sejauh yang pernah saya baca, setiap benda-benda yang dibuat manusia, kemudian diluncurkan ke ruang angkasa, kemudian pada saatnya harus kembali ke bumi, bisa dikendalikan dan diarahkan supaya jatuh ke tempat yang aman. Situs okezone mencatat, UARS adalah satelit yang sudah tidak lagi berfungsi sejak 14 Desember 2005. Awalnya satelit ini diluncurkan pada 15 September 1991 oleh pesawat ruang angkasa milik NASA yaitu Discovery. Menurut NASA, bangkai satelit itu akan pecah dan membentuk 26 bagian yang masing-masing memiliki berat 159 kilogram. Ini tentu peristiwa yang tidak biasa. Katakanlah, jika memang benar pecahan bangkai satelit itu jatuh di wilayah Indonesia. Tidak biasa, karena sesungguhnya teknologi canggih untuk menjangkau angkasa luar masih terbilang elitis. Hanya dikuasai negara-negara besar, meskipun sempat pernah tercatat adanya (calon) antariksawan dari negara dunia ketiga. Semoga ini bukan pertanda buruk bagi Indonesia, yang sudahlah rakyatnya menderita, masih ditimpa pecahan satelit! Semoga tidak ada sosok Untung seperti yang dikisahkan dalam komik Donal Bebek yang saya baca belasan tahun silam. SEVERIANUS ENDI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun