Mohon tunggu...
Hanz Endi Pramana
Hanz Endi Pramana Mohon Tunggu... Freelancer - menulis seakan bagian dari masa lalu. akankan punah?

Lulusan Prodi Ilmu Komunikasi, Fisip, Atma Jaya Yogyakarta, mantan wartawan Tribun Pontianak (Kompas Gramedia), Kalimantan Barat. Mantan wartawan yang ingin tetap menulis. Email: endi.djenggoet@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menara Itu Pun Pelan-pelan Runtuh

13 Juni 2011   09:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:33 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_114017" align="alignleft" width="300" caption="Menara setinggi 22 meter itu pelan-pelan dirobohkan. Foto diambil 13/6/11 oleh Severianus Endi. "][/caption] BUNYI martil menghantam tembok tua berpadu dengan suara kendaraan yang lalu-lalang di Jl Pattimura, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (13/6/11). Sisa-sisa beton yang dulu begitu kokoh, kini tinggal menjadi bongkahan-bongkahan material yang terjun dari ketinggian 22 meter, terjerembab menubruk bumi! Setiap terdengat suara ketokan martil, saat itu juga disusul bunyi material yang runtuh. Siang itu udara cukup terik menyengat Kota Khatulistiwa. Tak banyak yang peduli dengan kegaduhan di bangunan yang berusia lebih dari satu abad itu. Seakan kejadian itu tak lebih dari perobohan bangunan biasa. Padahal, proses lenyapnya satu ikon kota yang amat penting tengah terjadi.Ya, itulah suasana pembongkarang bangunan tua Kathedral Santo Yoseph Pontianak. Di menara setinggi 22 meter itu sebelumnya tergantung sebuah lonceng besar. Juga ada jarum jam raksasa di sudut-sudutnya, yang bisa menjadi patokan pengguna jalan yang tergesa mengejar jadwal masuk kerja. Atau di malam hari, dentang yang terdengar berat dan menggema, ikut mewarnai suasana kota. "Teng, teng, teng..." Sesungguhnya, proses pembongkaran sudah dimulai dalam sebulan belakangan. Hanya saja belum terlalu terasa, karena, seperti pernah diucapkan Uskup Agung Pontianak, Mgr Hieronymus Bumbun OFM Cap, dimulai dengan "yang kecil-kecil dulu". [caption id="attachment_114018" align="alignright" width="300" caption="Atap sirap nan eksotik dan langka sedang dibongkar. Foto diambil 13/6/11 oleh Severianus Endi. "][/caption] Tetapi hari ini, aktivitas di tempat para imam Kapusin dari Negeri Kincir Angin memulai karya sekitar seratusan tahun silam, mulai agak beda dari biasanya. Pagar seng yang dipasang mengitari areal itu, menghalangi pandangan ke dalam. Dari beberapa celah, terlihat para pekerja cekatan menyusun berbagai material, mengangkut ke suatu tempat dengan gerobak dorong, dan sebuah alat berat yang menderu-deru. Pada Minggu (12/6/11) kemarin, Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis, melakukan penancapan tiang utama. Pada 1 Mei 2011 malam, Mgr Bumbun juga telah memimpin misa perpisahan di gedung tua itu. Hingga sekitar 14 pekan ke depan misa dialihkan ke aula Pasifikus Santo Yoseph Katedral di belakangnya. Menyaksikan gedung tua penuh sejarah itu pelan-pelan ambruk, menimbulkan perasaan tersendiri. Pemerintah mengklain bangunan itu sebagai heritage yang tidak boleh dibongkar. Tapi ternyata tidak pernah ada upaya mereka untuk ikut berpartisipasi merawatnya. Di sisi lain, kebutuhan umat akan gedung baru tak bisa dimungkiri, terlebih dengan bertambahnya jumlah umat. Menurut catatan, gedung tua itu hanya sanggup menampung 1.100 orang. Dan gedung baru dengan arsitektur bergaya ghotic dengan kubahnya yang megah, bakal mampu menampung sekitar tiga kali lipat kapasitas gedung lama. Dana yang diperkirakan sekitar Rp 45 miliar diharapkan bisa mengubah wajahnya menjadi Kathedral baru yang mirip Basilika Santo Petrus di Vatican. Akan ada kemegahan, kerja keras, kebersamaan, dan ada kepedulian terangkum di sana! Atap-atap sirap--sejenis material bangunan yang terbuat dari kayu ulin yang berbentuk tipis namun kokoh--pelan-pelan mulai dilepaskan. Petugas bertopi pengaman tampak nangkring di ketinggian, menantang tajamnya sinar matahari. [caption id="attachment_114020" align="alignleft" width="300" caption="Bagian depan Kathedral Santo Yoseph di Jl Pattimura Pontianak, 13/6/11. Foto: Severianus Endi. "][/caption] Suara luruhnya material bangunan berpadu dengan deru alat berat yang membantu pekerjaan mereka. Alat berat yang bagai pancing bergerak perlahan namun pasti, memindahkan bagian-bagian yang tak terjangkau oleh tenaga manusia. Bangunan tua itu memang harus menyerah menghadapi tantangan zaman. Dia harus berkorban, meski banyak cerita kehidupan yang menyertainya, untuk digantikan dengan bangunan baru yang modern dan kukuh. Kembali teringat ucapan Uskup Bumbun yang saya temui suatu sore di halaman kathedral itu: "Rasa sayang pada bangunan lama, artinya kita pelihara dengan dibangun kembali sehingga menjadi lebih kukuh dan kuat. Itu wujud rasa sayang." SEVERIANUS ENDI Catatan lain terkait Kathedral Santo Yoseph Pontianak bisa dibaca di link ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun